Hard News

Longsor Hoax di Sambirejo Bikin Bingung Warga dan Pejabat

Jateng & DIY

29 November 2017 11:37 WIB

Hoax

SRAGEN, solotrust.com -Berita bencana yang akhir-akhir ini di share melalui WhatsApp ternyata tak selalu valid, sehingga warga perlu berhati-hati bila melakukan penyebaran info yang didapatnya. Seperti yang terjadi di Kabupaten Sragen, sebuah info bencana tanah longsor dikabarkan secara berantai pada Selasa (28/11/2017). Dikonfirmasi terkait hal itu, Kepala Seksi Rehabiltasi dan Rekonstruksi BPPD Kabupaten Sragen Untung Darmadi menyebut info tanah longsor di Blimbing, Sambirejo itu palsu atau hoax.

“Tidak benar itu. Itu Blimbing di Pacitan koq, disini memang ada longsor tapi skala kecil di desa Galeh dan tidak ada korban jiwa, itu pun terjadi pada hari Minggu lalu. Jadi jangan percaya,” tandas Untung Darmadi yang juga warga Sambirejo itu, kepada solotrust.com via telepon Rabu (29/11/2017) pagi.



Uniknya, hoax atau berita palsu ternyata juga nyaris memakan korban pejabat Sragen, pada Selasa (28/11/2017). Adalah Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati, Kapolres AKBP Arif Budiman, dan Sekretaris Daerah (Sekda) Tatag Prabawanto yang menerima terusan laporan bencana tanah longsor yang menimbulkan korban jiwa di Desa Blimbing. Sragen memiliki wilayah Desa Blimbing, Kecamatan Sambirejo.

Kebetulan wilayah Kecamatan Sambirejo adalah daerah yang dikenal rawan bencana tanah longsor dan tanah gerak. Adanya kabar itu membuat Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati segera bergegas seusai mengukuhkan pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Lembaga Pengembangan Darma Gita (LPDG) periode 2017-2022 di Aula Sukowati, kompleks Sekretariat Daerah (Setda) Sragen.

“Ini saya mau ke Blimbing, mau ke lokasi longsor yang ada korban jiwa,” kata Yuni, panggilan akrabnya.

Memastikan lokasinya, orang nomor satu di lingkungan Pemkab Sragen itu bercengkerama santai dengan Kapolres Sragen. Di sampingnya, Sekda Tatag Prabawanto, selaku Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen, menelepon seseorang, memastikan lokasi bencana yang hendak dikunjungi.

“Itu benar di Duren, Klesem, Desa Blimbing, ya, apa benar ada daerah itu di Blimbing, Sambirejo,” kata Sekda dengan nada penuh Tanya.

Sekda mengatakan, bila pihaknya mendapat laporan lewat Whatsapp (WA), ada longsor di Klesem, Duren, Blimbing, yang memakan korban jiwa. Dia lalu memperlihatkan laporan tersebut kepada salah satu wartawan yang bertugas di Kabupaten Sragen. Kebetulan wartawan itu sebelumnya sudah mendapatkan terusan berita tersebut lewat WA, isinya lebih lengkap dengan yang diterima Sekda.

“Lho Pak, ini juga ada laporan yang sama, tetapi itu di Dusun Klesem, Duren, dan Blimbing, tetapi di Kabupaten Pacitan, bukan Blimbing di Sambirejo, Sragen. Coba dicek lagi kebenarannya,” kata dia sembari mem-forward laporan WA tersebut kepada Sekda yang langsung membacanya.

Sekda lalu menelepon orang yang mengirimi laporan bencana longsor di Blimbing agar mengecek apakah lokasinya di Blimbing, Sambirejo atau Blimbing di Kabupaten Pacitan. Kemudian dipastikan ternyata lokasi kejadian memang benar berada di Blimbing, Pacitan, bukan di Sragen. 

Menurut Tatag, kejadian seperti itu jelas membuat kacau para pejabat pembuat keputusan di Sragen. Sekda mengungkapkan, laporan forward bencana longsor yang dia terima memang kurang lengkap, karena lokasinya hanya dituliskan di Klesem dan Duren, Blimbing, tidak disebutkan apakah ada di Sragen atau daerah lain.

Mengetahui bila bencana longsor yang memakan korban jiwa cukup banyak itu ada di Desa Belimbing tetapi di Kabupaten Pacitan, sontak wajah Bupati Yuni pun berubah.

“Syukur kalau ternyata bukan di Blimbing, Sragen, semoga saja Sragen selalu aman dan kondusif,” kata Yuni berharap.

 

(saf-Wd)

(Redaksi Solotrust)