Hard News

Sosialisasi Gema Cermat Ajak Masyarakat Bijak Gunakan Obat

Jateng & DIY

25 April 2018 13:54 WIB

Penyematan pin secara simbolis kepada agent of change (AoC) saat kegiatan Edukasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat) di Sidomukti Ballroom, Hotel The Royal Surakarta Heritage, Rabu (25/4/2018). (solotrust-vin)

SOLO, solotrust.com – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menggelar sosialisasi bertajuk Edukasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat) di Sidomukti Ballroom, Hotel The Royal Surakarta Heritage, Rabu (25/4/2018). Sosialisasi itu diikuti ratusan peserta, di antaranya apoteker, perwakilan Puskesmas, akademisi, kader kesehatan, dan Pramuka.

Ketua panitia kegiatan, Endang Prasetyaningsih mengatakan kegiatan sosialisasi dibagi menjadi dua sesi, yakni sesi untuk apoteker dan masyarakat umum. Dikatakannya, edukasi yang diberikan antara lain tentang kewaspadaan dalam memilih dan menggunakan obat.



"Kita baru pertama kali menyelenggarakan di Solo, dan ini sebagai pilot project. Kalau di provinsi Jateng ada beberapa kota seperti Semarang, Pati, dan Tegal," jelas Endang yang juga menjabat sebagai Kasi Farmasi, Makanan-minuman, dan Perbekalan Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah itu.

Menurutnya, penggunaan obat yang tidak tepat malah justru memicu penyakit. Untuk itu, dalam sosialisasi itu juga dijelaskan soal Dagusibu, yaitu Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang obat secara benar.

Usai sosialisasi, lanjut Endang, akan diadakan simulasi pemilihan dan penggunaan obat yang benar.

"Masyarakat itu sering mengonsumsi obat tapi tidak bisa mendapatkan, menggunakan, menyimpan, bahkan membuang obat secara benar. Jadi pengetahuan pada masyarakat awam cukup memprihatinkan. Tak hanya masyarakat, tenaga kesehatan juga masih banyak yang belum tahu, hanya sekitar 25 persen dari tenaga kesehatan yang care pada penggunaan obat yang benar," tuturnya.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta, Purwanti menambahkan, edukasi mengenai penggunaan obat secara benar kepada masyarakat masih jarang disosialisasikan. Akibatnya, masyarakat cenderung membeli obat secara sembarangan.

"Sosialisasi ini jadi satu hal yang penting dan strategis, karena selama ini sosialisasi obat seperti ini masih sangat kurang. Kita berharap penggunaan obat secara cerdas ini bisa diketahui dan dipahami masyarakat luas," terang Purwanti.

Selain memberikan edukasi kepada masyarakat, lanjut Purwanti, dalam kegiatan sosialisasi itu juga dilantik agent of change (AoC) yang terdiri dari tenaga kesehatan seperti dari apoteker dan petugas Puskesmas.

Menurutnya, kurangnya pemahaman tenaga kesehatan tentang penggunaan obat secara benar juga menjadi penyebab penggunaan obat sembarangan pada masyarakat.

"Kita berharap agent of change ini bisa memberi dorongan kepada masyarakat tentang penggunaan obat secara cerdas. Selain itu kader kesehatan bisa menjadi corong bagi masyarakat luas," tandas dia. (vin)

(way)