Ilustrasi (Dok. Pixabay)
Solotrust.com – Di tengah perkembangan teknologi artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan dan pemrograman yang kini masuk kurikulum sekolah, dua tokoh teknologi tekemuka dunia, Jensen Huang (CEO Nvidia) serta Elon Musk (CEO Tesla dan SpaceX), menyuarakan pandangan berbeda. Mereka justru menyarankan siswa untuk lebih mendalami fisika dan matematika sebagai fondasi utama di era AI.
Jensen Huang, perusahaannya menjadi raksasa di industri chip, menegaskan masa depan AI tak hanya bergantung pada perangkat lunak, namun juga pada pemahaman mendalam tentang dunia fisika. Menurutnya, gelombang AI berikutnya, terutama beroperasi di bidang robotika dan lingkungan dunia nyata akan sangat membutuhkan pengetahuan mengenai gesekan, kelembapan, serta sebab dan akibat.
Ia bahkan menyatakan akan memilih belajar fisika jika bisa kembali ke usia 22 tahun. Senada dengan Huang, Elon Musk juga menekankan pentingnya menguasai fisika yang ia sebut harus beriringan dengan matematika.
Di Indonesia, pemerintah juga tengah gencar menggalakkan kemajuan di bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM). Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek), Brian Yuliarto, mengungkapkan 80 persen beasiswa LPDP akan dialokasikan di bidang STEM, baik untuk riset fundamental maupun terapan.
Kebijakan ini bertujuan untuk menjadikan beasiswa sebagai instrumen kunci dalam mendorong transformasi industri strategis dan menjawab kebutuhan nasional.
Pandangan dari para pemimpin teknologi global ini memberikan perspektif penting di balik kemajuan pesat AI dan coding, pemahaman fundamental ilmu-ilmu dasar seperti fisika dan matematika tetap menjadi pilar utama.
Ini menunjukkan kemampuan berpikir analitis dan pemahaman prinsip-prinsip dasar alam semesta akan menjadi aset tak ternilai dalam menghadapi kompleksitas teknologi masa depan. (Annabatista Bria)
*) Sumber
