Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) menunjukkan tantangan besar di bidang kesehatan masyarakat. Berdasarkan data akhir Oktober 2025, pada kelompok dewasa, hampir seluruh peserta masuk kategori kurang aktivitas fisik (96%), disusul karies gigi (41,9%). (Foto: kemkes.go.id)
JAKARTA, solotrust.com - Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) mencatat capaian bersejarah dengan lebih dari 50,5 juta peserta mengikuti pemeriksaan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia. Partisipasi besar pada Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden RI Prabowo Subianto ini, sekaligus mengungkap gambaran kesehatan masyarakat, yakni tingginya proporsi warga dewasa kurang aktivitas fisik mencapai 95,8 persen, serta temuan signifikan pada kesehatan gigi, obesitas, dan tekanan darah.
Program CKG berlangsung sejak 10 Februari hingga 4 November 2025 mencatat partisipasi publik luar biasa. Tercatat dari 53,6 juta pendaftar, sebanyak 50,5 juta orang telah mengikuti pemeriksaan kesehatan. Kegiatan CKG umum mencatat 34,3 juta kehadiran peserta, sementara CKG sekolah diikuti 16,2 juta peserta yang hadir.
Kendati capaian tersebut membanggakan, data CKG menunjukkan tantangan besar di bidang kesehatan masyarakat. Berdasarkan data akhir Oktober 2025, pada kelompok dewasa, hampir seluruh peserta masuk kategori kurang aktivitas fisik (96%), disusul karies gigi (41,9%), obesitas sentral (32,9%), overweight dan obesitas (24,4%). Temuan ini mengonfirmasi penyakit tidak menular masih menjadi ancaman utama bagi kelompok produktif.
Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, keberhasilan partisipasi masyarakat menunjukkan meningkatnya kesadaran publik, sekaligus membuka ruang besar untuk memperkuat program promotif dan preventif.
“Pencapaian lebih dari 50,5 juta peserta merupakan tonggak penting bagi upaya kesehatan nasional. Data CKG juga memberi peringatan serius bahwa aktivitas fisik dan pola hidup sehat harus semakin menjadi prioritas bersama,” katanya di Jakarta, Selasa (05/11/2025), dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, kemkes.go.id.
Menkes menegaskan, CKG bukan sekadar pemeriksaan massal, namun merupakan instrumen strategis untuk deteksi dini dan tatalaksana dini untuk penyakit. Semakin dini penyakit ditangani dan diobati, peluang sembuh menjadi lebih baik sehingga seseorang akan terhindar dari penyakit katastropik dan kecacatan, bahkan kematian.
“Program ini bukan hanya soal jumlah peserta, tapi bagaimana hasilnya kita gunakan untuk memperkuat kebijakan, layanan kesehatan, dan intervensi di masyarakat,” tambah dia.
Temuan serupa juga terlihat pada kelompok usia lain. Pada bayi baru lahir ditemukan risiko kelainan saluran empedu (18,6%), berat badan lahir rendah (6,1%), dan penyakit jantung bawaan kritis (5,5%).
Pada anak usia di bawah lima tahun (Balita) dan anak prasekolah, masalah gigi tidak sehat (31,5%), stunting (5,3%), dan wasting (3,8%) masih mendominasi. Sementara di kalangan remaja dan pelajar, ditemukan aktivitas fisik kurang (60,1%), karies gigi (50,3%), dan anemia (27,2%) menunjukkan pola hidup tidak aktif sudah terbentuk sejak usia muda.
Pada kelompok lansia pun tak luput dari perhatian. Sebanyak 96,7% tercatat kurang aktivitas fisik dan 37,7% mengalami hipertensi. Budi Gunadi Sadikin menambahkan, hasil CKG akan digunakan untuk memperkuat kebijakan kesehatan dan promosi gaya hidup sehat di masa mendatang.
“Kita ingin masyarakat bukan hanya sembuh dari penyakit, tapi mampu menjaga kesehatannya secara berkelanjutan,” ujarnya.
Menkes menyebut, keberhasilan pelaksanaan CKG tak lepas dari kolaborasi tenaga medis, tenaga kesehatan, serta dukungan puskesmas dan pemerintah daerah di Indonesia.
“Kami mengapresiasi kerja keras dan dedikasi seluruh petugas kesehatan yang terlibat serta pemerintah daerah. Tanpa mereka, mustahil program sebesar ini bisa berjalan sukses dan berdampak luas,” bilangnya.
