SOLO, solotrust.com - Mundhakir Salman, Kepala Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) Unit Pelayanan Pelanggan (UP3) Surakarta (Solo) meluncurkan buku bertajuk "Terang di Beranda Negeri - Perjuangan Anak Bangsa Merawat Perbatasan NKRI di Pedalaman Kalimantan".
Mundhakir menjelaskan buku tersebut mengisahkan perjuangan PLN ketika membuka daerah perbatasan di Kalimantan Utara yang terjadi pada tahun 2012 silam.
Pihaknya bersama tim dalam waktu yang pendek harus bisa mengalirkan listrik di daerah yang berbatasan dengan Malaysia. Dengan segala kesulitan yang ada, dalam waktu yang pendek sekitar 20 hari ternyata PLN mampu.
"Kita ingin menunjukkan komitmen bahwa PLN sebenarnya siap untuk melayani di mana pun. Yang ingin disampaikan kepada masyarakat bahwa ternyata untuk membuka listrik itu tidak mudah. Dan PLN itu berkomitmen betul untuk masyarakat. Ketika PLN itu diminta hadir di mana pun kita hadir," tuturnya kepada solotrust.com, Jumat (26/4/2019).
Mundhakir, sebagai penulis yang sekaligus termasuk tim yang terlibat dalam Program Perbatasan Terang tersebut mengaku, awalnya terlihat sulit tapi ketika terlaksana di lapangan tidak begitu sulit. Melalui komunikasi yang baik dengan masyarakat hingga stakeholder ternyata kesulitan bisa diatasi. Sehingga dalam waktu yang pendek sekitar 20 hari dapat menyelesaikan itu semuanya.
Ia menerangkan, Program Perbatasan Terang 2012 tersebut untuk mewujudkan keinginan mengalirkan listrik ke seluruh negeri, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membangun peradaban, memberi andil dan makna membangun bangsa terutama di daerah perbatasan yang merupakan beranda negeri yang mencerminkan wajah negara Indonesia.
"Ini kejadian memang sudah tahun 2012, dan baru sekarang kita angkat ke permukaan biar masyarakat tahu, kita persembahkan bagi masyarakat," imbuhnya.
Proses pembuatan buku tersebut menurut Mundhakir memakan waktu sekitar tiga bulan. Meski telah memulai menulis pada tahun 2012 hingga 2013, ia sempat berhenti karena sering pindah-pindah tugas. Baru sekarang dilanjutkan sehingga pada Maret 2019, buku tersebut dapat diluncurkan dan sudah cetakan kedua (edisi revisi).
Sarat Kearifan Lokal
Menurutnya, dari pengalaman tersebut banyak kearifan lokal budaya setempat yang harus dikedepankan dalam membangun negeri. Salah satunya memperhatikan cerita rakyat atau budaya yang diyakini oleh masyarakat di lokasi. Hal tersebut dapat diangkat dan dimanfaatkan untuk mempermudah menyelesaikan tugas.
Salah satu pengalaman berkesan yang dialaminya bersama tim adalah terutama di kawasan Suku Dayak Lundayeh. Dayak Lundayeh merupakan sebuah sub-suku dari suku Dayak yang mendiami kawasan Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Daerah tersebut memang sulit karena tidak ada akses selain pesawat.
"Itu pun bisa ke sana belum tentu bisa pulang. Bahkan kita pas mengangkut mesin-mesin harus dipotongi. Engine sendiri, generator sendiri, blok sendiri dan lainnya," ujarnya.
Dari pengalaman selama menjalankan tugas Program Perbatasan Terang 2012 tersebut, Mundhakir, menyadari bahwa sebenarnya potensi yang ada di masyarakat-masyarakat daerah dapat dimanfaatkan untuk membangun negeri. "Harus bijak dengan kondisi alam dan lingkungan untuk menghasilkan yang terbaik," jelasnya. (Rum)
(way)