SUKOHARJO, solotrust.com – Menanggapi pernyataan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir yang menyebut profesor tua kecil manfaatnya bagi negara. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir justru menyatakan sikap bertolak belakang, pihaknya siap menampung profesor meskipun sudah berusia lanjut.
Seperti disampaikan Haedar Nashir kepada solotrustcom selepas menghadiri pengukuhan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Sofyan Anif sebagai guru besar, di UMS, Pabelan, Kartasura, Solo, Kamis (8/8/2019).
Ia membuka selebar-lebarnya pintu rumah Muhammadiyah bagi para profesor tua untuk tetap bisa berkarya dan mengembangkan sumber daya insani di lingkungan masyarakat.
“Muhammadiyah akan menjadi rumah bagi siapapun, Muhammadiyah mau menampung para profesor meskipun sudah sepuh, kami yakin tetap bisa bermanfaat,” ujar Haedar.
Muhammadiyah pun memiliki profesor berusia lanjut berstatus emeritus. Namun tetap bermanfaat seperti untuk kepentingan dakwah bagi Muhammadiyah. Ia mengaku tak tahu pasti apa maksud sang Menteri.
"Di Indonesia, prinsipnya itu gotong royong baik yang tua maupun muda. Berilmu maupun kurang berilmu. Awam atau elit. Itu sama pentingnya untuk membangun Indonesia. Prinsip kita kan gotong royong. Saya tidak tahu pasti maksud pak Menteri (M.Nasir) berucap demikian," ujarnya.
Bagi Haedar, justru tokoh atau figur publik tidak mendikotomi membuat pemilahan di masyarakat karena yang utama dalam prinsip gotong royong ini adalah bagaimana berkontribusi terhadap bangsa dan negara dengan spirit kebersamaan tidak tersegmentasi hal apapun.
"Naif kalau kita bicara soal Pancasila. Naif kalau kita bicara Indonesia itu majemuk. Jika para elit tidak menyadari bahwa Indonesia ini dibangun atas prinsip kebersamaan," tukasnya. (adr)
(wd)