Pend & Budaya

Karya Serta Kisah Pramoedya Ananta Toer yang Dibaca dan Diceritakan

Pend & Budaya

26 Agustus 2019 21:07 WIB

Pembacaan Kisah Pramoedya Ananta Toer.

Solotrust.com- “Tidak seperti ayahku, Ann, aku takkan menentukan bagaimana harusnya macam menantuku kelak. Kau yang menentukan, aku yang menimbang – nimbang. Begitulah keadaanku, keadaan semua perawan waktu itu Ann, hanya bisa menunggu datangnya seorang lelaki yang akan mengambilnya dari rumah, entah kemana, sebagai isteri nomer berapa, pertama atau keempat.” kata Ontosoroh kepada Annelies.

Itulah sedikit cuplikan dialog Ontosoroh yang dibacakan dengan sangat menawan oleh Sha Ine Febriyanti sang pemeran Nyai Ontosoroh di film Bumi Manusia ketika melakukan Dramatic Reading Omah Ontosoroh di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta Minggu (24/08/2019) dalam rangkaian acara Mocosik buku, musik dan kamu.



Dalam pembacaan tersebut juga Sha Ine Febriyanti didampingi oleh lawan mainnya di Film Bumi Manusia Whani Dharmawan yang berperan sebagai Darsam. Tetapi malam itu, Whani membacakan dialog dari Mingke dan Annelies. Whani sendiri adalah seorang pemain teater yang cukup senior dan juga sering bolak balik memerankan bebrapa karakter tokoh di film layar lebar.

Pembacaan karya Omah Ontosoroh: dramatic reading ialah pembacaan yang diambil dari novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer chapter 5 yang menceritakan pergulatan hidup dari seorang Nyai Ontosoroh.

Nyai Ontosoroh sendiri adalah seorang perempuan desa yang dijual oleh ayahnya Sastrotomo kepada Tuan Besar Mellema karena ingin kenaikan pangkat, yang semula juru tulis menjadi juru bayar. Kehidupan Ontosoroh muda yang pada mulanya bernama Sanikem itu segala sesuatunya sudah diatur dan tidak punya kuasa untuk menentukan. Hanya ayahnya yang bisa menentukan, ibunya pun tidak. Hal ini terjadi seperti yang dialami oleh kebanyakan anak perempuan pribumi yang usianya sebaya dengan Sanikem.

Usai melakukan dramatic reading, hadir pula di panggung salah satu putri Pramoedya Ananta Toer sang pengarang novel Bumi Manusia, yakni Astuti Ananta Toer beserta para cucu dari Pramoedya. Astuti yang akrab dipanggil Titik mengatakan bahwa Pramoedya sempat heran kenapa buku – bukunya selalu dikejar oleh penguasa saat itu untuk dilarang terbit.

“Pak Pram pernah bilang kalau beliau itu sempat heran kenapa buku – bukunya selalu diburu penguasa saat itu. Terutama buku – buku hariannya.” ceritanya.

Menurut Titik, ayahnya adalah seorang yang tegar dan tidak ingin menunjukkan penyiksaan di penjara. Sempat beberapa kali keluarganya melihat bibir Pramoedya pecah – pecah, kupingnya berdarah, dan tangannya hitam – hitam. Tapi Pramoedya saat itu ketika ditanya tidak mengaku. Beda halnya dengan teman Pramoedya yang menceritakan kejadian sesungguhnya, ”tadi Pak Pram habis disetrum” lanjut Titik menirukan teman Pramoedya.

Titik juga menceritakan, isteri Pramoedya yang tak lain ibunya dulu juga sosok yang tegar. Ibu selalu membikin  semangat ketika di depan anak – anaknya. “Apa pun orang bertanya soal ayahmu ceritakanlah. Bicaralah apa adanya jangan ditutupi.” beber Titik mengutarakan hal yang dulu pernah dipesankan oleh ibunya.

Ibunya juga sempat berpesan “Jangan tinggalkan nama belakang ayahmu, pakailah terus. Kamu harus bangga terhadap ayahmu.” pesan Isteri Pramoedya kepada anak – anaknya waktu itu.

Titik lalu melanjutkan cerita pesan ibunya bahwa apabila anak – anaknya yang berjumlah delapan itu dihina maka, ”buktikan kepada orang yang menghina kamu kalau kamu lebih unggul dari dia.” kata Titik menirukan ibunya.

Sementara salah seorang cucu Pramoedya yang bernama Adit menceritakan pengalamannya bersama Opanya. “Opa dulu sering ngasih PR ke cucunya. Untuk menulis buku harian. Jadi apa pun yang kita lakukan hari itu diminta untuk menulis. Kemudian akan dilihat oleh Opa.” kenangnya.

Adit juga bercerita sebelum opanya meninggal, dia dipanggil untuk datang menghadap kemudian opanya berpesan kepada Adit, “Jadilah majikan atas diri kamu sendiri.” ujarnya.

Kenangan – kenangan itulah yang sampai sekarang sulit untuk dilupakan oleh keluarga anak cucu dari Pramoedya A.Toer. (dd)

(wd)