SOLO, solotrust.com- Elektronik SIM atau e-SIM merupakan teknologi baru revolusi SIM Card di telepon seluler yang diperkenalkan secara global sejak tahun 2016. Namun di Indonesia, e-SIM belum dipergunakan karena Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia belum mengeluarkan regulasi yang memberikan kepastian hukum terhadap penggunaan e-SIM. Namun, salah satu perusahaan telekomunikasi digital di Indonesia mengaku telah siap mengikuti perkembangan teknologi tersebut apabila pemerintah telah menetapkan regulasi soal e-SIM.
"Terkait e-SIM, kita menunggu regulasi dari pemerintah. Tentu kita akan mengikuti regulator karena sekarang masih dibicarakan. Sebenarnya operator-operator telekomunikasi sudah dipanggil Kominfo pada bulan Oktober tahun 2017. Tapi masalahnya tidak sesederhana itu, lingkungannya harus disiapkan. Indosat sendiri tidak masalah tapi yang masalah adalah handset pada beberapa ponsel yang belum siap. Sebagian besar handset di Indonesia belum siap," jelas Andri Pranata, Head of Region Central & West Java Indosat Ooredoo pada media, Selasa (17/9/2019).
e-SIM saat ini telah digunakan di sejumlah negara sebab punya kelebihan dibandingkan kartu SIM biasa. Antara lain menekan biaya ganti kartu karena tidak memerlukan kartu SIM fisik. SIM digital ini dinilai lebih fleksibel bagi para pelanggan dalam mengatur preferensi data, voice dan SMS. Kata Andri, pemerintah Indonesia sudah mulai membicarakan soal e-SIM ini. Bila benar-benar dapat diterapkan di Indonesia, maka kehadiran e-SIM akan memicu persaingan lebih ketat lagi dari segi layanan.
"Penerapan e-SIM harus didukung mobile number portability dimana kita bebas memilih operator tanpa capek-capek. Tapi semua tergantung peraturan, teknologi siap mengikuti. Di negara yang persaingannya ketat seperti India, hal ini sudah terjadi, tapi kita belum, saya lihat tidak lama lagi," ungkapnya.
Selain siap soal kemajuan teknologi, pihaknya mengaku mengebut pembangunan jaringan berkualitas dengan tujuan memperluas jaringan 4G di banyak wilayah di Indonesia. Di wilayah Jateng dan DIY sendiri pada tahun 2018, Indosat Ooredoo udah selesai meningkatkan seluruh towernya ke jaringan 4G. Meski diakui di beberapa tempat belum bisa 4G seperti Papua atau wilayah Indonesia Timur. Namun di seluruh pulau Jawa termasuk Solo Raya sudah dipastikan jaringan 4G telah merata. Bahkan untuk perluasan jaringan 4G ini, Indosat Ooredoo menggelontorkan investasi hingga Rp 10 triliun setiap tahunnya.
Menurutnya, pada tahun 2019 ini, di wilayah Jateng dan DIY banyak sekali pertumbuhan jaringan hingga lebih dari 20 persen semua langsung 4G. Puncak pembangunan nanti di bulan September -Oktober akan masif dan sisanya sampai Desember. Tahun depan, pihaknya berencana akan tambah investasi Rp 10 trilyun. Tingginya nilai investasi tersebut diperkirakan akan terus berlanjut dari rentang tahun 2019 hingga tahun 2021.
"Komitmen investasi kita akan tinggi untuk memberikan pelayanan. Karena bisnis telepon sudah selesai, tidak ada lagi yang kirim SMS. Sekarang bisnis akses data, mau tidak mau kita harus investasi. Khusus untuk wilayah Solo Raya ada 90 set investasi, dan itu berupa fresh tower. Komitmen kita Rp 10 trilyun investasi setiap tahun," tegasnya. (rum)
(wd)