Entertainment

Suga BTS Bicara Tentang Mimpi VS Realita dalam Suga`s Interlude

Selebritis

8 Desember 2019 12:54 WIB

Suga dan visual art dalam "Sugas Interlude"

Solotrust.com - Suga terlibat dalam salah satu lagu dalam album Halsey yang akan datang "Manic" Berjudul "Suga's Interlude", lagu itu diunggah di channel YouTube Halsey pada Jumat (6/12/2019).

Suga berperan sebagai komposer sekaligus penulis lirik dalam lagu itu. Lirik yang ia tulis berkisar tentang mengejar mimpi sekaligus menghadapi kenyataan tanpa kehilangan harapan.



Di awal lagu, Halsey menyanyikan bagiannya dalam Bahasa Inggris, yang terjemahannya "Saya mencoba seumur hidup saya untuk memisahkan waktu di antara memiliki semuanya dan melepaskannya," yang mengarah pada perasaan yang ekstrim terhadap sesuatu, apakah harus melakukan semuanya dengan total atau tidak sama sekali.

Kemudian Suga menyahut, diawali dengan keterbukaannya dalam mengungkapkan perasaan tidak aman yang ia rasakan. "Kepalaku hanya diisi dengan warna biru dan berkeliaran. Kebencian pada diri sendiri dan keangkuhan, hidup jauh di dalam hatiku."

"Saya, penuh mimpi, tumbuh untuk mewujudkan semua impian saya. Tetapi saya hidup pada saat yang sama berpikir bahwa menempatkan mimpi hanya sebagai mimpi adalah lebih baik," lanjut Suga, yang menunjukkan dia mengalami dilema atas mimpinya. Sama seperti Halsey, dia ragu apakah harus total mengejar mimpinya atau menyerah saja dan membiarkan mimpi hanya menjadi impian belaka.

Suga melanjutkan, "Berharap bahwa lompatan saya bukanlah kejatuhan saya. Saya percaya bahwa keyakinan, upaya, kepercayaan, dan bahkan keserakahanmu tidaklah jelek atau kotor". Ini seperti mengarah pada rasa percaya dirinya untuk bisa meraih mimpi. Keyakinan dan usaha, bahkan perasaan yang muncul seperti keserakahan katanya bukanlah hal yang jelek. Suga mencoba jujur mengungkapkan pemikirannya, ia tak menutupi dan menyangkal adanya sifat tamak dalam dirinya sebagai manusia.

Ia melanjutkan dengan lirik kontemplatif, "Padahal fajar tepat sebelum matahari terbit lebih gelap dari apa pun. Jangan pernah lupa bahwa bintang yang kamu dambakan hanya bisa naik dalam kegelapan", yang mengarah pada untuk bisa bersinar meraih mimpi, selalu ada sisi gelap yang harus ditempuh.

Halsey kemudian menyanyikan chorus seperti di awal lagu dengan tambahan, "Saya ingin tahu apa yang ada di depan apabila saya tidak mencintainya lagi," yang menunjukkan pergantian haluan Halsey, yang tak cinta lagi pada hal yang semula ia pilih atau ingin ia capai, namun masih penasaran apa yang akan dia temui di depan jika memang begitu. Suga lalu menyambung dengan ungkapan keraguan, yakni apakah ia sudah berjalan di jalan yang tepat.

"Apa lagi yang akan ada di sana jika saya berlari tanpa henti menuju ujung terowongan, apakah ini hal yang benar untuk dilakukan sejak awal," lanjut Suga, yang kemudian mengibaratkan dia ada di lorong dan meski tak tau apa yang ada di ujung, ia tetap berlari karena itulah yang bisa ia lakukan.

Lebih lanjut Suga mengungkapkan alasan kenapa ia harus terus berlari, "Jujur, ini berbeda dari masa depan yang saya harapkan, tapi itu tidak masalah. Sekarang ini adalah masalah tentang bertahan hidup (survive), tidak masalah bagaimana kelanjutannya". Meski pilihan untuk terus berlari bukanlah yang dia inginkan, namun jika itu adalah satu-satunya cara bertahan hidup, dia tak punya pilihan. Manusia kadang harus realistis. Tidak semua hal harus sesuai dengan idealisme kita.

Hal ini diperkuat lagi dalam lirik selanjutnya, "Segalanya mungkin berbeda dari yang kamu inginkan. Hal-hal yang kamu jalani serta hal-hal yang kamu sukai mungkin berubah". Lirik ini selaras dengan lirik Halsey, yang mempertanyakan apa yang ada di depan jika apa yang dia sukai sekarang berubah. Menunjukkan bahwa manusia hidup dalam sesuatu yang tak pasti. Selain apa yang kita sukai bisa berubah, realita juga sering tak sesuai ekspektasi.

Di akhir lagu, dengan mimpi VS realita yang semacam itu, Suga menanyakan apakah kita akan bergerak, atau apa yang akan kita lakukan. "Kita terlalu muda untuk menyeret kaki kita, jadi mari kita coba menabraknya," saran Suga.

Suga seperti ingin mengatakan bahwa meski masa depan tak pasti, namun kita harus terus bergerak. Sering kali sesuatu memang tidak sesuai dengan harapan kita, atau apa yang menjadi kesukaan kita berubah-ubah, namun survive (bertahan hidup) adalah yang pertama. Jika dengan bergerak itu kita bisa bertahan hidup, maka tidak ada alasan untuk diam, meski ada hal-hal yang harus kita tahan.

Lirik Suga dalam lagu ini juga terlihat relevan dengan “Tomorrow”, lagu ciptaannya yang ada dalam album "Skool Luv Affair" (2014). Lirik Suga saat itu adalah, "Karena fajar tepat sebelum matahari terbit adalah yang paling gelap, kamu, di masa depan, jangan pernah melupakan dirimu sekarang." (Lin)

(wd)