Ekonomi & Bisnis

Pengusaha Tekstil dan Batik Solo Harapkan Pemerintah Segera Atasi Kelangkaan Kapas

Ekonomi & Bisnis

19 Maret 2022 10:45 WIB

Marketing Communications Manager PT Batik Danar Hadi Solo, Inou Marcsta Hernawan. (Foto: Dok. Solotrust.com/rum)

SOLO, solotrust.com - Pengusaha tekstil lokal Solo mengeluhkan kelangkaan bahan baku kapas untuk industri tekstil dan turunannya dan berharap pemerintah segera memberikan solusi untuk mengatasinya.

Marketing Communications Manager PT Batik Danar Hadi Solo, Inou Marcsta Hernawan menjelaskan, bahan baku dirasa langka sejak awal pandemi tahun 2020.



"Bahan baku dari luar seperti kapas terbaik dari Jepang itu susah masuk. Ketersediaan bahan baku kapas kita kan lama kelamaan akan menipis. Dari situ kita harus mengakali dengan baik sampai kita bisa dapat bahan baku kapas dari luar lagi," tutur Inou di sela Solo Textile Mart 2022, Kamis (18/3).

Pihaknya mendapatkan pasokan kapas untuk industri tekstil termasuk batik selama ini mayoritas dari Jepang, disusul India dan beberapa negara Asia lainnya. Tetapi kapas yang paling bagus dan kualitas terbaik dari Jepang.

"Kebutuhan kapas impor kami selama ini sekitar 50 persen secara keseluruhan dari total kebutuhan," ungkap Inou.

Sebenarnya penggunaan kapas lokal masih memungkinkan. Namun kendalanya, kualitas kapas Indonesia belum memadai. Meski masih bisa dipakai dan diolah menjadi kain tapi dengan kapas lokal pihaknya masih belum bisa mendapatkan kualitas yang baik dan sempurna.

Selama pandemi, untuk mengakali pasokan kapas adalah solusinya dengan mencampur kapas dari luar dan dari dalam negeri sehingga menghasilkan kain dengan kualitas bagus. Tetapi sayangnya, kualitas yang dihasilkan masih di bawah kualitas terbaik jika dibanding produk yang menggunakan kapas dari Jepang.

"Atau memang ke depan Indonesia bisa menjadi produsen kapas tersendiri dengan kualitas yang bagus. Tetapi ini memang perlu waktu ya sekitar 3 atau 5 tahun ke depan. Itu harapan kami," ujar Inou.

Saat ini, pihaknya berharapa pemerintah sedikit membuka kran impor agar kapas dari Jepang atau India bisa masuk ke Indonesia. Rencana pemerintah mengubah status pandemi menjadi endemi, diharapkan menjadi angin segar bagi dunia tekstil dan dunia fesyen yang saling terkait.

"Kami juga bisa kembali melakukan ekspor atau memberikan penawaran-penawaran ke luar. Atau tidak ada lagi aturan-aturan pembatasan kegiatan seperti PPKM yang membuat pengusaha susah bergerak. Misalkan status lebih cepat ke endemi ini akan lebih baik tidak hanya untuk perusahaan besar tetapi juga berdampak pada perusahaan kecil dan UMKM juga bisa bergerak maju," bebernya.

Selama pandemi ini, kata Inou, ada beberapa negara yang tidak menerima barang dari Indonesia. Sebaliknya, untuk mendapatkan kebutuhan barang dari luar negeri tidak bisa semudah biasanya. Jika saat normap barang dari luar negeri bisa didapatkan dalam waktu sebulan, selama pandemi baru 4-5 bulan diperoleh. (rum)

(zend)