Solotrust.com - Aksi gotong-royong dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) gabungan untuk mengatasi banjir rob di Semarang.
Dilansir dari laman resmi BPBD Jawa Tengah, Jumat (27/5), lintas BPBD antar kabupaten/kota mulai dari BPBD Kota Salatiga, BPBD Kabupaten Kudus, BPBD Kabupaten Blora, BPBD Kabupaten Grobogan, BPBD Kabupaten Semarang, BPBD Kabupaten Temanggung, BPBD Kabupaten Banjarnegara dan BPBD Kabupaten Wonosobo, bergotong-royong untuk membantu penanganan darurat penanganan jebolnya tembok pelindung kawasan industri Lamacitra, yang diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir rob di wilayah Tanjung Emas, Kota Semarang.
Penanganan jebolan tembok pelindung yang berbatasan langsung dengan laut itu merupakan tindak lanjut dari hasil koordinasi yang dilakukan antara BPBD Provinsi Jawa Tengah, BPBD Kota Semarang, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), PT. Pelindo dan pihak teknis lainnya.
Selain dari BPBD, bantuan personel juga datang dari Polda Jawa Tengah, Polrestabes Semarang, SAR Polairud Jawa Tengah, TNI AL Lanal Semarang, TNI AD Kodim 0713 BS Semarang, TNI AD Kodam V Diponegoro dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang.
Adapun penanganan darurat itu dilakukan dengan membuat tanggul sementara guna menutup jebolan tembok pelindung menggunakan 3.500 kantong pasir dari Pelindo, 1.000 kantong pasir dari PT. Lamicitra Nusantara, 2 truk tronton kantong pasir dari DPU Kota Semarang dan BBWS dan geobag dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Tim gabungan itu juga menggunakan potongan bambu dan peralatan lain seadanya untuk menambal dua titik tembok penahan yang jebol sepanjang 20 meter di PT. Lamicitra Nusantara dan 7 meter di sisi barat.
Sementara itu, beberapa kendala yang menjadi tantangan bagi tim gabungan dalam penanganan darurat adalah masih berlangsungnya gelombang pasang, kondisi wilayah terdampak di Kelurahan Tanjung Mas dengan topografi yang mengakibatkan air sulit keluar, terbatasnya pompa air dan akses menuju lokasi yang sulit dilalui.
Berdasarkan data perkembangan hingga hari Jumat, hampir seluruh wilayah kabupaten dan kota di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah dilanda banjir rob dan gelombang pasang sejak Senin (23/5).
Adapun wilayah terdampak adalah Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang.
Data terakhir per tanggal 24 Mei, empat desa masing-masing Desa Randusanga Wetan, Desa Randusanga Kulon, Desa Prapag Lor dan Desa Prapag Kidul di Kabupaten Brebes terdampak banjir rob dengan tinggi muka air 10-20 sentimeter.
Kemudian Kota Tegal melaporkan empat kelurahan yakni Kelurahan Muarareja, Kelurahan Tegal Sari, Kelurahan Panggung dan Kelurahan Mintaragen terendam banjir rob hingga ketinggian 45 sentimeter.
Sementara itu Kelurahan Dampuak di Kabupaten Tegal dilaporkan terendam banjir rob dengan ketinggian 40-100 sentimeter.
Banjir rob juga dilaporkan merendam wilayah Kota Pekalongan dengan ketinggian muka air antara 10-90 sentimeter. Akibat peristiwa itu, sebanyak 221 jiwa terpaksa harus mengungsi.
Kabupaten Pekalongan melaporkan empat desa yang terdampak banjir rob dengan ketinggian 5-40 sentimeter. Adapun keempat desa tersebut meliputi Desa Tegaldowo, Desa Karangjompo, Desa Mulyorejo dan Desa Depok.
Berikutnya di Kabupaten Pemalang ada sebanyak delapan desa yang terendam banjir rob dengan ketinggian air 30-100 sentimeter. Kedelapan desa itu meliputi Desa Pesantren, Desa Mojo, Desa Ketapang, Desa Kaliprau, Desa Tasikrejo, Desa Blendung, Desa Kertosari dan Desa Limbangan.
Adapun wilayah Kabupaten Batang, banjir rob dengan tinggi muka air hingga 40 sentimeter mendam Desa Klidang Lor dan Kelurahan Karangasem Utara, yang berbatasan langsung dengan laut Jawa
Selanjutnya banjir rob dilaporkan berdampak di lima desa dan dua kelurahan yang berada di Kabupaten Kendal, yakni Desa Mororejo, Desa Wonorejo, Desa Kartikajaya, Desa Wonosari, Desa Pidodokulon, Kelurahan Karangsari dan Kelurahan Bandengan. Peristiwa itu berdampak pada 1.847 jiwa.
Selanjutnya di Kota Semarang telah terjadi banjir rob dengan tinggi muka air hingga lebih dari 1 meter. Peristiwa itu terjadi setelah tanggul penahan air laut jebol karena tidak mampu menampung air laut yang terus naik akibat gelombang tinggi.
Wilayah paling parah terdampak banjir rob adalah di kawasan Lamicitra, termasuk wilayah Bandarharjo, Kebonharjo, Tambak Lorok dan Kemijen yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa.
Kemudian banjir rob dilaporkan terjadi di Desa Sriwulan, Desa Purworejo, Desa Morodenak dan Desa Margolinduk di Kabupaten Demak. Peristiwa itu telah berdampak pada kurang lebih 10 ribu jiwa. Ketinggian muka air akibat rob tercatat 25-100 sentimeter.
Adapun banjir rob juga melanda wilayah Kabupaten Jepara, meliputi Desa Kedungmalang, Desa Surodadi dan Desa Panggung. Jarak rumah yang terdampak banjir rob rata-rata hanya kurang lebih 500 meter dari bibir pantai. Banjir itu merendam permukiman warga dengan ketinggian muka air 10-20 sentimeter.
Kabupaten Pati melaporkan wilayah yang paling banyak terdampak banjir rob. Adapun wilayah tersebut meliputi Desa Puncel, Desa Banyutowo, Desa Dukuhseti, Desa Alasdowo, Desa Tegalombo, Desa Kinanti di Kecamatan Dukuhseti, Desa Dororejo, Desa Sambiroto, Desa Tunggulsari, Desa Jepatlor, Desa Margotuhu, Desa Keborama di Kecamatan Tayu, Desa Margomulyo, Desa Bulumanis, Desa Pangkalan, Desa Pohijo, Desa Tunjungrejo, Desa Margotuhu di Kecamatan Margoyoso, Desa Kertomulyo, Desa Sambilawang, Desa Tlutub, Desa Khadilangu, Desa Guyangan di Kecamatan Trangkil, Desa Bendar, Desa Kudukeras, dan Desa Bakaran di Kecamatan Juwana.
Banjir rob berikutnya dilaporkan terjadi di wilayah Kabupaten Rembang. Di wilayah kabupaten paling timur di bagian utara provinsi Jawa Tengah itu sedikitnya ada sembilan desa yang terdampak, meliputi Desa Gegunung Kulon, Desa Pandean, Desa Tasikagung, Desa Pantiharjo, Desa Pasar Banggi, Desa Pandangan, Desa Karangharjo, Desa Kalipang dan Desa Banyudono. Dari seluruh wilayah yang terdampak, ada 119 KK yang terdampak dan 11 orang warga mengungsi.
Peristiwa banjir rob yang meluas itu menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dipicu oleh beberapa faktor di antaranya adalah adanya fenomena perigee, yakni kondisi jarak terdekat bulan dengan bumi.
Pada kondisi ini, orbit bulan berada di dekat bumi dan dapat mempengaruhi adanya pasang surut air laut. Adapun faktor lain adalah adanya peningkatan ketinggian gelombang yang terjadi di utara jawa.
Sebelumnya BMKG telah mengeluarkan informasi peringatan dini sejak 13 Mei 2022 terkait adanya potensi banjir pesisir di beberapa wilayah Indonesia yang bersamaan dengan datangnya fase bulan purnama dan perigee. Menurut BMKG, banjir rob seperti yang terjadi di sepanjang pantura diprediksi dapat berlangsung hingga beberapa hari ke depan. (Lin)
(zend)