Hard News

Setelah 15 Tahun Uji Coba, KKP Berhasil Budidayakan Ikan Belida

Sosial dan Politik

02 Juli 2022 11:29 WIB

Ikan belida yang berhasil dibudidayakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. (Foto: KKP)

Solotrust.com - Setelah 15 tahun melakukan uji coba, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin, berhasil membudidayakan ikan belida.

Tak hanya itu, KKP berhasil mengubah perilaku ikan karnivora itu menjadi ikan yang mengonsumsi pakan buatan.



"Ini capaian yang sangat luar biasa, setelah melewati proses yang panjang," tutur Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu, dalam siaran pers KKP, Rabu (29/6).

Kini ikan belida bisa beradaptasi di lingkungan yang berbeda dengan habitat alaminya, sehingga mampu dilakukan proses pembesaran dan mau diberi pakan pelet dengan protein tinggi secara penuh.

Diharapkan dengan keberhasilan budidaya ini ikan belida mampu dikembangkan sehingga mampu dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

"Keberhasilan ini sejalan dengan program prioritas KKP, yang ingin meningkatkan produksi komoditas-komoditas unggulan terutama yang berbasis pada kearifan lokal," sambungnya.

Ikan belida merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Selain ikan konsumsi, ikan tersebut juga menjadi ikan hias karena tampilannya yang unik.

Ikan belida terkenal dengan dagingnya yang super lezat. Ikan ini digunakan sebagai bahan baku makanan khas empek-empek dan kerupuk.

Dari segi warna dan corak, tampilan dari ikan belida ini pun mampu memikat. Tak heran banyak orang yang mencari ikan belida.

Sementara itu Kepala BPBAT Mandiangin, Evalawati, menambahkan BPBAT Mandiangin memang diberikan tugas oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengembangkan ikan-ikan lokal yang salah satunya ikan belida.

"Alhamdulillah kami telah berhasil mengembangkan ikan belida, namun ikan masih belum kita rilis. Rencananya, tahun ini baru kita bentuk timnya untuk merilis ikan belida, sehingga harapannya ikan ini dapat dibudidayakan secara massal kepada pembudidaya ikan seluruh Indonesia," ujar Eva.

Diharapkan kelak masyarakat tidak lagi tergantung pada tangkapan alam untuk bisa mendapatkan ikan ini. 

"Setelah ini, selain masyarakat lebih mudah mendapatkan ikan belida, tapi juga ikan belida terjaga dari kepunahan," jelasnya.

Penanggung Jawab Ikan Lokal, Puji Widodo, menceritakan perjalanan proses budidaya hingga akhirnya berhasil.

Dia menyebut bahwa mulai tahun 2005, uji coba dilakukan pada sebagian besar spesies yang didomestikasi. Pada program domestikasi ini, diperlukan pengembangan teknik pemeliharaan induk, pemijahan, pemeliharaan benih, dan pembesaran.

"Keberhasilan dalam pemijahan hingga pembesaran ikan belida dalam wadah budidaya, diharapkan akan dapat membantu dalam pengembangan budidaya ikan tersebut dalam memenuhi kebutuhan masyarakat seperti untuk pengolah kerupuk atau empek empek," tutur Widodo.

Hingga saat ini, induk belida yang dimiliki sekarang sebanyak 110 ekor dengan ukuran 2-4 kg, dengan rata rata produksi benih ukuran 1-3cm per bulan sebanyak 1000–2000 ekor.

"Untuk mendapatkan formula pada tahapan budidaya yang tepat memang butuh proses panjang. Tapi sekarang kita sudah dapat menemukan teknologinya. Seperti teknologi pemijahan, dengan pemijahan alami menggunakan sarang dari kayu ulin. Sementara teknologi pendederan yang digunakan untuk produksi benih ikan belida menggunakan sistem resirkulasi sederhana dengan aplikasi pakan buatan dari larva hingga mencapai ukuran induk," jelas Widodo.

"Selain itu, kalau dulu kesulitan untuk produksi benih karena belum ditemukan pakan yang tepat dari ukuran larva sampai benih, sekarang sudah dapat teratasi fase kritis dari tahap larva ke benih, bahkan pakan pembesaran hingga induk juga sudah menggunakan pakan pelet. Pemijahan belida secara alami, jadi produksi benih tergantung dengan jumlah induk dan jumlah telur hanya kisaran ratusan saja yaitu 300-500 butir/induk. Singkatnya dulu sulit untuk produksi benih dan induk, sekarang telah bisa diatasi," terang Widodo.

Dengan bisa konsumsi pakan pelet, lanjut Widodo, ketergantungan terhadap pakan alami pada tahap pemijahan hingga pembesaran dapat dihilangkan.

"Selain itu, ikannya juga menjadi lebih jinak, tidak mudah stress, dan mudah adaptasi di lingkungan budidaya. Jika dari kecil sudah terbiasa dengan pakan buatan, untuk tahap pembesaran menjadi mudah adaptasi di kolam," terang Widodo.

Dari segi performa pertumbuhan untuk ukuran larva dan benih, pertumbuhan kurang lebih sama bila dengan pakan alami, yakni mencapai ukuran 5-8cm dalam waktu 1,5 bulan, bahkan bisa lebih hemat biaya pakan.

Waktu pemeliharaan untuk mencapai ukuran konsumsi sekitar 100gram per ekor selama 4 bulan, sementara untuk mencapai ukuran 1kg per ekor diperlukan waktu kurang lebih 2 tahun.

"Harapannya ke depan, ikan belida hasil budidaya mampu menjadi solusi untuk meningkatkan populasi ikan belida di alam, mencegah penangkapan ikan belida di alam, terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kerupuk amplang bisa dialihkan ke ikan belida hasil usaha budidaya masyarakat sekitar. Sehingga selain mampu menggerakkan ekonomi masyarakat setempat juga menghindari kepunahan ikan belida," tandas Widodo. (Lin)

(zend)