Hard News

Imbas Kenaikan Harga BBM, Bus BST Diwacanakan Bertarif Mulai Oktober

Jateng & DIY

7 September 2022 09:42 WIB

Bus Batik Solo Trans (BST) tak luput dari imbas kenaikan harga BBM sehingga pihak Dishub Solo akan melakukan penyesuaian. (Foto: Dok. Solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo mewacanakan moda transportasi umum bus Batik Solo Trans (BST) tak lagi gratis, imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Hal ini disampaikan Kepala Dishub Solo, Taufiq Muhammad. Pihaknya menyebut ada dua opsi yang akan dipertimbangkan menyusul kenaikan harga solar. Dua opsi tersebut yakni mulai dilakukan penentuan tarif penumpang BST atau penyesuaian operasional jarak tempuh.



"Opsinya ada dua, perjalanan disesuaikan atau nilai kontrakknya (tarif). Kalau pelayanannya diminta tetap (seperti biasa) berarti anggarannya yang disesuaikan. (Tapi) kalau dari pusat wis anggarannya ngene wae, yang disesuaikan adalah pelayanannya," papar Taufiq saat ditemui di Balai Kota Solo usai melakukan rapat koordinasi, Selasa (6/9).

Namun ia menyebut belum dapat memastikan kebijakan mana yang akan dipilih, karena hingga kini layanan BST masih mendapat anggaran by the service dari pemerintah pusat sehingga masih digratiskan.

"lya ini yang masih menjadi pembahasan karena seharusnya bukan dari Pemda (Pemerintah Daerah), tetapi dari (kementerian) perhubungan dan katanya infonya mulai hari ini akan dibahas," ungkapnya.

Bila opsi yang dipilih adalah penyesuaian nilai kontrak artinya BST maupun angkutan feeder akan dikenakan tarif atau biaya angkut. Tarif akan dihitung dari durasi pada setiap pengangkutan.

"Tarif dihitung berdasarkan durasi, misalnya berapa jam gitu. Penumpang (hanya akan) membayar satu kali untuk beberapa jam, tetapi bisa pindah misalkan ke koridor lainnya. Jadi tap (transaksi) satu kali tapi bisa tap lagi dan pindah-pindah koridor selama durasinya masih ada, " jelasnya.

Ia memperkirakan besaran per-durasi tarif yang dikenakan yakni Rp 3.500,-  hingga Rp 4.000,-. Ia memperkirakan pengenaan tarif dimulai pada bulan Oktober 2022.

Namun bila tak ada pengenaan tarif, maka opsi kedua yang dipilih, yakni penyesuaian operasional jarak tempuh.

"Misal sehari jalan 10 kali, anggarannya tetap yang disesuaikan pelayanannya. Ya dampaknya misalnya yang biasanya (penumpang) nunggu (bus di halte sekitar) 7 menit, sekarang jadi 10 menit," imbuhnya.

Penentuan ini belum dilakukan lantaran pihaknya belum mendapat informasi lebih lanjut oleh pemerintah pusat.

"Infonya ini peraturan Menteri Keuangan terkait PP-nya, kalau di sana bukan retribusi, namanya Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sudah ditetapkan, masa sosialisasinya itu dua bulan dan jatuhnya pada bulan Oktober," ujarnya. 

Ia tak menampik akan ada penyesuaian dalam waktu dekat terkait ketentuan tarif atau perubahan layanan akan dilakukan karena BST terdampak oleh kenaikan harga BBM.

Namun pihaknya mengaku meski terjadi kenaikan harga BBM berdampak pada pemilihan dua opsi tersebut, penumpang moda transportasi umum akan meningkat.

Sejauh ini jika di total di seluruh koridor, BST mengangkut hampir 20 ribu penumpang tiap hari. Sementara angkutan feeder dapat meraih 6-7 ribu penumpang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai nyaman menggunakan kedua moda transportasi ini.

Sementara Direktur Utama Batik Solo Trans, Sri Sadad Modjo menyebut kenaikan anggaran BST juga meningkat drastis selama kenaikan BBM sejak Sabtu (3/9) lalu. Jika sebelumnya 140 unit bus biasanya memerlukan anggaran bahan bakar sebesar Rp 32 juta, maka kini naik menjadi Rp 57 juta per harinya. Satu unit bus memerlukan 60 liter solar per hari. (riz)

(zend)