Solotrust.com - Mantan drummer band Kotak, Posan Tobing, menuntut hak royalti performance kepada para personil Kotak karena selama ini masih menggunakan karya yang juga turut diciptakannya.
Salah satu founder band Kotak itu dalam akun tiktok-nya @posantobing83 terlihat murka setelah melihat beberapa video wawancara para personil Kotak yang merasa tidak membutuhkan drummer lagi agar pembagian financial cukup hanya untuk dibagi tiga saja.
"Katanya kalau bertiga itu enak, bagi duitnya bertiga," ujar Posan usai melihat rekaman video para personil Kotak di podcast Youtube Gritte Agatha.
"Buat Tantri, Cella dan Chua, kalian itu keterlaluan. Kalian bilang kalian nggak mau cari drummer lagi karena pengen bertiga aja karena uangnya akan dibagi tiga. Sementara ini, dari tahun 2011 sampai 2022, loe bertiga itu nggak pernah ngeshare royalti performance ke gua. Dan 100 persen semua lagu hits yang ada di Kotak itu adalah bagian dari ciptaan gua juga," murka Posan.
"Jadi gua bilang loe tega. Sekali lagi gua bilang, Tantri, Cella, Chua, loe dateng kesini kita ketemuan. Kita ngobrol baik-baik, tapi kalau loe nggak mau ketemu, oke gua atur caranya biar pengadilan saja yang buat kita ketemu," lanjut Posan yang terpaksa bikin akun tiktok lantaran instagramnya diblokir Tantri dan Cella.
Tidak berhenti disitu saja, Posan pun mencoba membuat lagu yang bermaksud untuk menegur para personil Kotak. Akhirnya terciptalah sebuah disstrack Kotak.
Selepas membuat disstrack Kotak, ternyata banyak dukungan yang ditujukan kepada Posan mengenai tuntutan royalti yang ditujukan kepada para personil Kotak, Posan pun berterima kasih kepada warganet.
Posan pun juga menyayangkan sikap dari Cella yang merupakan salah satu pendiri band Kotak yang justru dibeberapa podcast juga hanya berpikiran tentang uang pembagian hanya untuk tiga orang personilnya saja.
Posan pun merasa tersinggung, sebab selama ini dirinya juga turut mempunyai andil dalam penciptaan performance Kotak. Attitude yang dimiliki oleh para personil Kotak pun turut disayangkan oleh Posan.
"Itu tuh ada royalti hak performance gue, ada royalti yang memang membesarkan Kotak dari awal," ungkap Posan dalam salah satu video unggahan.
Sementara itu, para personil Kotak mengunggah video klarifikasi terkait tentang video yang dibuat oleh Posan. Video klarifikasi tersbebut salah satunya diunggah di akun instagram Cella sang gitaris (7/10).
"Di Indonesia sendiri ada badan yang diatur oleh pemerintah yang membayarkan hal tersebut adalah LMK (Lembaga Management Kolektif) dalam hal ini Wahana Musik Indonesia (WAMI)," ujar Chua.
"Jadi sudah pasti tidak tepat apabila meminta hak royalti performancenya ke Kotak. Jadi sudah ada lembaganya apabila ingin meminta royaltinya ke WAMI," urai Tantri.
"Kalau ingin mendapatkan hak royalti performance silahkan mendaftarkan ke WAMI dan menjadi member WAMI nanti WAMI yang akan membayarkannya. Jadi ini semua hak semua seniman, pencipta lagu jika ingin mendapatkan hak royalti performance dan nanti akan mendapatkan hak royaltinya melalui WAMI," lanjut Tantri.
Sedangkan Cella pun kemudian menambahkan mengenai beberapa lagu yang diciptakan bukan sepenuhnya Kotak yang membuat tetapi ada keterlibatan dari Dewiq serta Pay yang cukup mempunyai andil dalam pembuatan karya untuk Kotak.
Tantri juga menyinggung soal pemblokiran instagram yang dilakukannya terhadap akun media sosial milik Posan lantaran Tantri ingin fokus dengan kesehatan orang tua Tantri yang sebulan terakhir harus bolak balik ke rumah sakit disamping juga fokus pikiran ke performance Kotak.
Chua pun juga menambahkan jika para personil Kotak selama ini tidak melupakan orang-orang yang pernah berjasa mulai dari awal berdirinya Kotak hingga saat ini termasuk diantaranya keberadaan Posan.(dd)
(zend)