Hard News

Tren Perawatan Tubuh! Industri Kosmetik Kian Kinclong

Hard News

20 Maret 2018 00:03 WIB

Kosmetik (pixabay.com)

JAKARTA, solotrust.com - Industri kosmetik nasional kian kinclong dengan pertumbuhan lebih dari 20 persen pada tahun lalu. Kinerja gemilang ini lantaran permintaan besar dari pasar domestik dan ekspor, seiring tren masyarakat mulai memerhatikan produk perawatan tubuh sebagai kebutuhan utama.

Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, menyebut pertumbuhan industri kosmetik sampai dua digit atau empat kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional. Di dalam negeri, industri ini bertambah 153 perusahaan pada 2017, sehingga sekarang jumlahnya mencapai lebih dari 760 perusahaan. Sebanyak 95 persen industri kosmetik nasional merupakan sektor industri kecil dan menengah (IKM), sementara sisanya berskala besar.



“Dari industri skala menengah dan besar, beberapa dari mereka sudah mampu mengekspor produknya ke luar negeri seperti ke ASEAN, Afrika, Timur Tengah dan lain-lain,” tuturnya, dilansir dari laman resmi Kementerian Perindustrian RI, kemenperin.go.id, Selasa (20/03/2018).

Pada 2017, nilai ekspor produk kosmetik nasional mencapai USD 516,99 juta, naik dibandingkan periode 2016 sebesar USD 470,30 juta. Menperin menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu pasar kosmetik cukup besar, sehingga bisnis ini akan prospektif dan menjanjikan bagi produsen yang ingin mengembangkan di dalam negeri.

“Saat ini, produk kosmetik sudah menjadi kebutuhan primer bagi kaum wanita yang merupakan target utama dari industri kosmetik. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, industri kosmetik juga mulai berinovasi pada produk kosmetik untuk pria dan anak-anak,” paparnya.

Potensi lainnya, tren masyarakat menggunakan produk alami (back to nature), sehingga membuka peluang munculnya produk kosmetik berbahan alami. Airlangga meyakini, dari aspek bahan baku, Indonesia memiliki keunggulan melalui keanekaragaman hayati, baik berasal dari darat maupun laut. Beberapa perlu dikembangkan seperti ganggang laut dan marine collagen yang potensial untuk pasar lokal dan global. 

“Jadi, perlu proses ekstraksi lagi untuk bahan baku kita. Misalnya lidah buaya bisa menghasilkan kolagen dan ada essential oil yang saat ini masih impor,” pungkasnya.

(and)