SOLO, solotrust.com – Wayang Sandosa merupakan bentuk wayang dikembangkan Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) pada 1981 di mana sejumlah dalang melaksanakan lakon bersama, memanipulasi tokoh wayang kulit dari posisi berdiri. Istilah 'Sandosa' sendiri berasal dari singkatan dua kata, yakni Bahasa dan Indonesia.
Paguyuban Shadow Play Sandosa Sasono Mulyo menyelenggarakan pagelaran Lakon: Siluet Bhagawad Gita di Taman Budaya Jawa Tengah, Solo, Kamis (18/04/2024). Menurut sutradara pagelaran lakon ini, Ki Empu Bambang Suwarno, ide atau gagasan berasal dari naskah terdahulu.
Ia dan beberapa seniman lainnya pergi ke Inggris untuk menghadiri Festival Musik Timur. Naskah yang ia miliki kemudian dikembangkan Ki Johanes Sujani Sabdaleksono yang saat itu berada di Indonesia.
“Persiapan untuk pagelaran ini sudah dilakukan sejak tiga bulan lalu, tapi ya mepet soalnya bersamaan dengan Bulan Ramadan. Kami latihannya setiap hari dari pagi hingga malam, ya bisa dilakukan seharian penuh,” ungkap Ki Empu Bambang Suwarno saat ditemui solotrust.com di sela acara.
Pagelaran ini berkolaborasi dengan tiga kelompok, yakni Dedek Gamelan Orkestra, Artaxiad Gamelan, dan Padepokan Seni Nurroso Solo. Kegiatan ini juga didukung pemerintah setempat serta Dinas Kebudayaan Kota Semarang sehingga masyarakat umum yang ingin menonton tidak dipungut biaya.
“Harapannya dengan diadakannya kegiatan ini untuk mengenalkan wayang kepada anak-anak muda dengan media Bahasa Indonesia, tapi tetap dengan iringan gamelan dan bacaan narasi,” tukas Ki Empu Bambang Suwarno.
*) Reporter: Alya Nur Azizah/Rosa Trianda Dewi/Yusticia Tiara Maharani
(and_)