Hard News

Jurnalisme Konstruktif, Solusi Mengurangi Efek Negatif dari Sebuah Berita

Sosial dan Politik

04 Februari 2025 15:31 WIB

Kegiatan Local Media Community 2025 di Surabaya, Selasa ( 04/02/25)

SURABAYA, solotrust.com - Jurnalisme konstruktif menjadi gaya baru dalam menyajikan sebuah berita. Pembaca tidak lagi disajikan kabar negatif, melainkan juga diberikan solusi terhadap suatu masalah.

Program Manager at International Media Support (IMS), Eva Danayanti, menyebut jurnalisme konstruktif sebagai pendekatan editorial untuk mengurangi sisi negatif dari sebuah berita. Dia enggan menyebutnya sebagai genre baru di dunia jurnalistik karena yang ditekankannya proses editorialnya dalam menyajikan berita.



"IMS mengadopsi kontruksi jurnalisme ini kali pertama muncul di Denmark," katanya dalam diskusi bertajuk Local Media Community 2025 yang digelar di Surabaya pada 4 dan 5 Februari 2025.

Konsep jurnalisme konstruktif muncul dari keresahan para jurnalis yang mempertanyakan mengapa mencari berita selalu negatif, selalu ada skandal, dan sensasional. Padahal, audiens merasa jenuh dengan hal itu. Eva Danayanti mengutip dari sebuah survei menyebutkan 39 persen orang menghindari berita sama sekali karena terlalu menekankan masalah tanpa solusi.

Jurnalisme konstruktif bisa menjadi solusi terhadap hal kejenuhan pembaca. Eva Danayanti mengatakan, jurnalisme konstruktif dapat mengurangi efek negatif dari sebuah berita.


"Di sinilah jurnalisme konstruktif. Karena itu ada tiga elemen utama dalam constructive journalism itu, adalah solusi, nuansa, dan percakapan demokratis," katanya.

Nuansa di sini, kata Eva Danayanti, lebih bagaimana cipta latar dan sebagainya. Bagaimana menciptakan latar belakang masalah dengan solusinya.  

"Mengapa constructive journalism buat media? Media punya tanggung jawab tidak hanya menyampaikan sesuatu, tapi juga solusinya memfasilitasi keterlibatan publik. Perlu dipahami solusi di sini bukan yang dibuat oleh jurnalisnya, medianya, bukan, tapi ada proses yang menemukan solusi. Ini yang ada kaitannya percakapan demokratis yang melibatkan keterlibatan publik," ungkapnya.

Proses menyusun berita jurnalisme konstruktif tidak hanya terbatas pada 5W, namun juga apa dan bagaimana.

"Kemudian wawancara ada yang bergeser dari cara menuduh, jadi penasaran, dan kemudian berpikir dengan gaya terbuka. Lalu jurnalismenya dari yang dramatis kemudian kritis, kemudian berubah menjadi penasaran," tambah Eva Danayanti.

Jurnalisme konstruktif dapat memfasilitasi komunikasi jurnalis dengan pembaca atau audiens untuk bersama mencari solusi terhadap masalah dan menyebarkan informasi tersebut. (elv)

(and_)