SOLO, solotrust.com - Pertunjukan sastra panggung berjudul Sang Penggali Timah akan digelar di Studio Mas Don Art Center, Kemlayan, Serengan, Solo, pada Jumat hingga Minggu (21-23/02/2025).
Inisiasi pertunjukan sastra panggung bermula dari perbincangan antarseniman membahas kehidupan masyarakat di Pulau Bangka Belitung. Pendiri Mas Don Art Center, Sardono W Kusumo atau Mas Don lantas memiliki ide untuk menggelar pertunjukan sastra panggung berjudul ‘Sang Penggali Timah.’
Daerah Bangka Belitung memiliki kekayaan alam melimpah tentu akan memberikan kompleksitas terhadap hubungan antara manusia dengan manusia maupun alam lantaran eksploitasi dilakukan secara ekstrem oleh manusia.
Sardono W Kusumo mengatakan, kompleksnya hubungan itu membuat sebagian di antara kita lupa akan hal-hal lebih substansif berkaitan dengan keberlangsungan hidup sebagai manusia. Sesuatu yang penting itu kemudian mendorong kolaborasi Mas Don dengan beberapa seniman di Solo untuk menghadirkan pertunjukan sastra panggung Sang Penggali Timah.
Pada pertunjukan sastra panggung ini, Mas Don mengadaptasi secara bebas dua karya sastrawan senior, Kirdjomuljo. Dua karya itu adalah naskah drama ‘Sang Penggali Intan’ dan ‘Sang Penggali Kapur’ ditulis pada 1950. Dua karya Kirdjomuljo itu dinilai memiliki pesan selaras dengan kondisi eksploitasi alam saat ini.
“Dua karya itu digambarkan di mana ada bumi yang kaya. Di situ ada tambang, ada penggalian yang berbahaya dan tak jarang menimbulkan penderitaan hingga berujung kematian dan kerusakan alam,” terang Sardono W Kusumo dalam konferensi pers di Mas Don Art Center, Minggu (09/02/2025).
Menurutnya, keserakahan menggali timah seperti yang terjadi di Pulau Bangka Belitung akan membawa kerusakan alam, bahkan mungkin kematian. Pertunjukan sastra panggung Sang Penggali Timah akan dibawakan secara realis agar penekanan cerita terhadap penonton terkait penggalian fisik yang terjadi, serta dampak bagi masyarakat menjadi terasa nyata.
“Kami akan ungkap hal-hal yang tidak terungkap secara lahir dan gamblang melalui pertunjukan itu,” kata Sardono W Kusumo.
Sang Penggali Timah akan disutradarai sastrawan Hanindawan Sutikno. Pada kesempatan sama, Hanindawan Sutikno berujar proses adaptasi karya Kirdjomuljo yang diambil hanya berupa hal penting, seperti pesan kehidupan, percintaan, dan kematian.
“Sehingga pesan dasar itu tetap kami pegang, begitu juga tentang penggalian kekayaan alam di Indonesia,” ujarnya.
Kendati demikian, plot dan jumlah tokoh dalam cerita sastra panggung Sang Penggali Timah akan sedikit berbeda dengan menampilkan tiga tokoh berdialog dan dua tokoh tanpa dialog.
“Selain itu, kami gunakan kontekstualisasi situasi saat ini yang mana belum lama ini ramai kasus korupsi besar-besaran tambang timah,” kata Hanindawan Sutikno.
Dia mengklaim penonton akan merasakan suasana cerita dari karya Kirdjomuljo secara langsung serta gambaran realitas penggalian timah di Pulau Bangka Belitung. Hanindawan Sutikno juga menunjukkan untuk mendapatkan suasana tambang, Studio Mas Don Art Center harus rela dirusak dengan membuat galian dan menghancurkan beberapa bangunan.
“Bisa dilihat di beberapa dinding yang ada baru saja kami hancurkan, begitu pun dengan tanah di depan panggung yang harus kami gali untuk menghadirkan suasana yang nyata. Semoga nantinya bisa tetap nyaman bagi penonton,” jelas dia.
Aktor akan berperan dalam pagelaran ini adalah Darsono Djarot, Galuh Sari, dan Hanindawan Sutikno. Sementara pembuat instalasi adalah R Putera, seorang seniman asal Bangka Belitung. Sastra panggung Sang Penggali Timah akan digelar pukul 19.30 WIB hingga selesai di Mas Don Art Center.
Adapun harga tiket terbagi menjadi dua jenis, yakni tiket reguler seharga Rp35 ribu presale dan Rp60 ribu on the spot (OTS). Sementara yang kedua adalah tiket bundling dengan kopi seharga Rp45 ribu untuk presale dan Rp70 ribu on the spot (OTS).
*) Reporter: Ghaitsa Ova/Fathan Prabaswara/Ahmad Zaqi/Muhammad Alif
(and_)