Hard News

Ledakan Dahsyat Pemusnahan Amunisi TNI AD di Garut Tewaskan Warga, Keluarga Bantah Status Korban

Nasional

14 Mei 2025 13:47 WIB

Screenshot rekaman video warga membongkar bahan peledak kedaluwarsa sebelum dimusnahkan di Desa Sagara, Cibalong. (Dok. Instagram/@infonetizone)

Solotrust.com – Sebuah ledakan hebat mengguncang area pemusnahan amunisi milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) di Garut, Senin (12/05/2025) siang. Peristiwa tragis ini tak hanya menimbulkan kepanikan di kalangan warga sekitar, namun juga telah merenggut beberapa nyawa.

Di tengah duka, pihak keluarga korban menyampaikan bantahan keras terhadap penyebutan status pekerjaan almarhum yang diidentifikasi sebagai seorang pemulung. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad), Brigjen TNI Wahyu Yudhayana dalam keterangan resminya menjelaskan kronologi meledaknya detonator dalam peristiwa pemusnahan amunisi di kawasan Garut, Jawa Barat, Senin (12/05/2025).



Menurutnya, ledakan terjadi saat proses pemusnahan amunisi yang sudah tidak layak pakai. Sementara, prosedur telah sesuai standar operasional yang berlaku.

Di luar dugaan terjadi ledakan dari dalam lubang sumur dan menewaskan 13 orang, terdiri atas empat anggota TNI dan sembilan warga sipil dari daerah setempat. Brigjen TNI Wahyu Yudhayana juga menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban dan memastikan pihaknya akan menginvestigasi kasus ledakan detonator serta mengungkap penyebab utamanya.

Di satu sisi, pihak keluarga korban Agus (55), kakak kandung Rustiwan, salah satu korban ledakan amunisi di Desa Segara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, menolak dengan keras adiknya disebut pemulung.

“Saya sebagai keluarga tak terima kalau adik saya disebut pemulung besi saat ledakan. Adik saya sudah sepuluh tahun kerja ke TNI bantu pemusnahan amunisi,” ungkap Agus saat berbincang dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang datang menjenguk keluarga korban di rumah sakit, Selasa (13/05/2025), dikutip dari sebuah sumber.

Dedi Mulyadi bilang, kecelakaan kerja dapat terjadi kepada siapa saja, seperti sopir bus yang mengalami kecelakaan, petani terluka akibat alat pertanian, atau pegawai lainnya yang meninggal dalam insiden kerja.

Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Kristomei Sianturi, mengungkap dugaan adanya korban sipil diakibatkan karena warga menghampiri titik pemusnahan untuk membersihkan serpihan setelah ledakan pertama dan tidak disangka ledakan selanjutnya terjadi hingga mengakibatkan kematian. (Annabastita Bria)

*) Berbagai Sumber

(and_)