GAMELAN, solotrust.com - Seni musik tradisional yang telah mengakar kuat dalam kebudayaan Indonesia, kini bertransformasi melampaui sebatas iringan tari atau pertunjukan wayang. Melalui festival dan acara inovatif, gamelan kini tampil sebagai musik konsep yang berdiri sendiri, menarik perhatian audiens lebih luas, termasuk generasi muda.
Menurut Creative Director GEMES 2025, Sruti Respati, event ini bisa didukung institusi seni dan akademisi sehingga bisa menjadi signature kota budaya, sekaligus menggerakkan ekonomi kreatif dan ajang perayaan insan musik gamelan dan musik etnik Nusantara.
Dari Iringan Menjadi Konser Tunggal
2014 menjadi titik balik penting bagi seni gamelan. Gamelan Agda menjadi salah satu inisiatif pertama yang membawa gamelan ke panggung lebih spektakuler dan menjadikannya sebuah musik konsep. Terinspirasi dari seni pertunjukan Bali dan Banyuwangi, gamelan bukan lagi hanya mengiringi, namun menjadi pusat perhatian.
Inisiatif ini mematahkan persepsi gamelan hanya sebagai pelengkap dan memperkenalkannya sebagai karya seni utuh. Konser gamelan yang digelar bukan sekadar pertunjukan, namun juga bentuk perayaan bagi para seniman dan pecinta gamelan yang mengumpulkan mereka untuk berkompetisi secara sehat.
Momen Sejarah Gamelan Ide Indonesian Gamelan and Diaspora (IGL) muncul dengan konsep Homecoming, sebuah festival besar yang mengundang para diaspora gamelan dari seluruh dunia. Acara berlangsung selama tujuh hari ini mencakup tujuh panggung, konferensi, dan pameran.
Sebanyak 1.700 seniman gamelan dari berbagai negara hadir, menyajikan sebuah perayaan besar yang tak hanya merayakan seni gamelan, namun juga semangat komunitas globalnya. Peristiwa ini dianggap monumental, sebanding dengan festival Woodstock dalam industri musik. IGL mencatat sejarah sebagai acara yang tak hanya merayakan keindahan gamelan, namun juga menunjukkan kekuatan dan relevansi budaya Indonesia di kancah internasional.
Di tengah perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI) yang mampu menghadirkan komposisi musik, festival seperti Gamelan and Etnic Music (GANG) menjadi sangat vital.
Acara ini berfungsi sebagai ‘penjaga’ semangat gamelan dan musik etnik. Kendati AI memiliki kemampuan luar biasa dalam mengolah data dan menghasilkan karya, ada elemen gymnastic atau sentuhan personal yang hanya bisa dimanifestasikan seniman.
Teknologi dapat menjadi alat atau kolaborator, namun tidak bisa menggantikan esensi kreativitas manusia. Festival GANG berupaya menjaga dan merawat semangat orisinalitas ini, memastikan gamelan tetap hidup dan berkembang melalui tangan para seniman.
Festival Gamelan dan Musik Etnik menyediakan ruang bagi para musisi, terutama generasi muda, untuk bereksperimen. Batasan antara gamelan dan musik etnik lainnya menjadi cair, mendorong kolaborasi tanpa beban.
Hal ini membuka pintu bagi inovasi dan memungkinkan gamelan untuk beradaptasi dengan genre musik lain dari yang kuat dengan unsur etniknya hingga yang hanya mengambil sedikit inspirasi gamelan.
Inti dari festival ini adalah konsistensi, prestasi, dan pengembangan. Ini adalah ajang bagi seniman untuk menunjukkan karya-karya terbaik mereka, memastikan gamelan terus relevan dan memengaruhi audiens baru. Festival menjadi wadah di mana tradisi bertemu modernitas dan seni gamelan terus beresonansi dengan jiwa masyarakat.
*) Reporter: Meylina Nur Cahyatri/Nirmala Asnaliza Mutiasari
(and_)