Hard News

Luar Biasa! Pria Ini Bikin Sepatu bagi Penderita Kelumpuhan

Hard News

19 Juli 2018 04:31 WIB

Sepatu AVEO yang dapat memberi gerakan otomatis seperti fisioterapi (ristekdikti.go.id)

SOLO, solotrust.com Contracture ankle merupakan kondisi terbatasnya gerak atau kesulitan bergerak pada sendi pergelangan kaki akibat kekakuan otot atau deformasi sendi. Hal inilah yang dirasakan Muhammad Fahmi Husaen sebagai salah satu pencetus ide alat ini.

Fahmi merupakan penderita DMD (Duchenne Muscular Dystrophy), merupakan penyakit penurunan fungsi otot, sehingga menyebabkan kaki lumpuh. Akibat pergelangan kakinya tidak pernah difisioterapi, ia mengalami kekakuan dan sulit bergerak. 



“Untuk mencegah kekakuan tadi, penderita harus melakukan fisioterapi secara rutin, namun hal itu membutuhkan waktu dan uang yang banyak. Tidak semua orang mampu mengakomodasinya,” keluhnya, dilansir dari laman resmi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, ristekdikti.go.id, Rabu (18/07/2018).

Permasalahan itu memberi ide Fahmi beserta dua kawannya untuk membuat alat bernama sepatu AVEO. Sepatu ini bukanlah sepatu biasa, melainkan dapat memberi gerakan otomatis seperti fisioterapi, sehingga dapat mencegah terjadinya contracture ankle. Dengan sepatu AVEO ini jika durasi fisioterapi biasanya makan waktu 30 hingga 60 menit, bisa diperpendek menjadi 15 hingga 30 menit.

Selain itu, Fahmi menjelaskan alat ini juga berfungsi mencegah nyeri akibat diamnya pergelangan kaki dalam waktu lama. Bagi penderita kelumpuhan sementara seperti stroke, alat ini dapat menjaga kondisi kaki hingga sembuh.

“Dengan alat itu, ketika penderita sembuh, ia tidak memerlukan waktu fisioterapi pergelangan kaki yang lama,” tuturnya.


Fahmi menerangkan, desain sepatu berbasis Ankle Foot Orthosis (AFO), yakni alat untuk mencegah kekakuan otot yang selama ini digunakan para penderita kelumpuhan. Namun, AFO  selama ini ada hanya bersifat statis dan tidak dapat melakukan peregangan kaki secara otomatis. Hal itu berbeda dengan sepatu AVEO yang bisa melakukan peregangan secara otomatis.

Mekanisme alat ini menggunakan servo dan microcontroler arduino sebagai penggeraknya. Dengan baterai kapasitas 5000 mAh, sepatu dapat bekerja terus menerus selama 1.5 hingga 2 jam. 

Adapun untuk pembuatan satu sepatu, Fahmi menjabarkan dibutuhkan biaya berkisar Rp2,4 juta. Jika dikalkulasi produksi massal menekan biaya 30 persen, jadi harganya hanya Rp1,5 juta. 

“Namun, itu hanya perhitungan sementara dari kami, mengingat sepatu ini juga belum memenuhi standar untuk diproduksi massal,” terangnya.

Sementara itu, dokter spesialis alat bantu RS UGM, Guritno Adistyawan, mengatakan pembuatan AVEO sangat membantu pasien rawat jalan maupun rawat inap seperti penyakit stroke, cerebral palsydystrophy muscular dan banyak lagi. Hal itu karena alat ini bisa mengembalikan kekuatan kaki pasien ataupun pencegahan kekakuan otot.

(and)