Hard News

Pemerintah Ajak Diaspora Indonesia di Korea Realisasikan Industri 4.0

Hard News

09 September 2018 22:01 WIB

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto dalam Seminar Ikatan Alumni Perpika di Seoul (Kemenperin)

SOLO, solotrust.com - Pemerintah mengajak diaspora tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia di Korea (Perpika) untuk ikut berkontribusi membangun perekonomian nasional, termasuk upaya pengembangan sektor industri manufaktur. Pasalnya, mereka memiliki peranan strategis karena telah mengenyam pendidikan dan pengalaman bidang ilmu pengetahuan dan teknologi selama di Negeri Ginseng.

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto dalam Seminar Ikatan Alumni Perpika di Seoul, Sabtu (08/09/2018) menyampaikan, diperlukan sinergi dan kolaborasi kuat, terlebih lagi untuk mewujudkan visi dasar pembangunan industri nasional. Tujuannya untuk memperdalam struktur, meningkatkan daya saing di kancah global, berbasis pada inovasi.



Di hadapan lebih dari 50 peserta, Menperin menyampaikan, presiden telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Strategi ini menjadi agenda nasional sebagai sebuah kesiapan dalam mengimplementasikan revolusi industri generasi keempat.  

“Pembentukan strategi tersebut guna mendukung kinerja industri nasional di era digital, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” jelasnya dalam siaran pers.

Aspirasi besar dari Making Indonesia 4.0 adalah menjadikan Indonesia dalam jajaran sepuluh negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada 2030. Peluang kerja sama antara pemerintah dengan diaspora, misalnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan sumber daya di bidang perindustrian nasional melalui kegiatan riset dan pemanfaatan teknologi terkini.

“Salah satu langkah strategis dalam menerapkan roadmap Making Indonesia 4.0, yakni pembangunan infrastruktur digital dan ekosistem inovasi,” ungkap Airlangga Hartarto.

Terkait upaya peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM), pihaknya menambahkan, pemerintah Indonesia tengah gencar menjalankan program pendidikan dan pelatihan vokasi. Misalnya di Kementerian Perindustrian sudah melakukan perbaikan kurikulum kejuruan lebih dari 40 program studi, menerapkan 70% praktik dan 30% teori dalam proses pembelajarannya.

“Jadi, diharapkan langkah ini memacu pendidikan teknologi dan permesinan bisa menjadi mainstream kembali,” terangnya.

(and)