Pend & Budaya

Rektor UNS Usulkan Pameran IVCE Masuk Kalender Tourism Solo

Pend & Budaya

29 September 2018 17:04 WIB

Rektor UNS saat melihat pameran dalam IVCE FSRD UNS. (solotrust-adr)

SOLO, solotrust.com - Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret (FSRD UNS) Surakarta kembali mengadakan pameran seni rupa bertaraf internasional yakni Internasional Visual Culture Exhibition (IVCE) 2018 di Gedung 2 FSRD UNS. Rektor UNS Prof Dr Ravik Karsidi berharap pameran ini dapat menjadi agenda tahunan di Solo.

Pameran yang berlangsung selama 6 hari, Senin (24/9/2018) hinga Sabtu (29/9/2018) itu, menampilkan puluhan karya terbaik seniman lokal dan mancanegara.



Ada sekitar 20 perupa internasional yang berpartisipasi dalam pameran ini. Di antaranya dari Afganistan, Jerman, Malaysia, Shanghai, Phnom Penh, Toronto, Marseiles, dan New Zealand. Sedangkan perupa lokal kebanyakan berasal dari Surakarta dan Yogyakarta.

Ravik berujar, para seniman harus mengikuti perkembangan zaman namun juga wajib mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi.

"Ini merupakan kedua kalinya FSRD UNS menyelenggarakan IVCE setelah sebelumnya sukses diadakan di Solo Techno Park. Setiap tahunnya inovasi penyelenggaraan ini harus bisa menyesuaikan perkembangan zaman dalam era revolusi industri 4.0," terang Ravik.

Ravik berharap pameran ini dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan apresiasi terhadap karya seni. Bahkan, Ravik ingin IVCE tidak hanya sebagai agenda tahunan FSRD UNS tapi juga agenda Pemerintah Kota Surakarta.

"Saya mengusulkan agenda ini masuk dalam kalender tourism untuk Kota Surakarta. Nanti setiap tahun, orang asing akan disuguhi acara yang menarik seperti ini di UNS," tandasnya.

Sementara itu ketua penyelenggara, Sigit Purnomo, mengatakan bahwa karya yang dipamerkan sangat beragam, mulai dari seni grafis, seni patung, seni kriya, lukisan, video, desain tekstil, fotografi, multimedia, hingga media baru. Semua karya seni rupa tersebut mengusung tema yang sama yaitu 'Transcoding' yang berarti sebuah tindakan untuk memproduksi hal baru dari materi yang sudah ada.

"Tema tersebut dipilih untuk mengkritisi  warisan seni-budaya yang semakin kehilangan animo dan pelakunya seiring perkembangan zaman," katanya kepada solotrust.com.

Selain itu, IVCE 2018 juga mengkritisi semakin menipisnya sumber daya alam karena terus menerus dieksploitasi. "Transcoding adalah bagaimana kita meremajakan warisan seni budaya dengan bentuk dan ide-ide yang kreatif. Ini merupakan sebuah kritik terhadap perubahan dan sangat relevan dengan kondisi yang kita hadapi sekarang yaitu era disrupsi 4.0," kata dia.

Sigit menuturkan, antusiasme peserta pameran IVCE 2018 lebih besar dari tahun lalu. Proses seleksinya pun semakin ketat. Tak main-main, FSRD merekrut dua kurator eksternal dengan kualifikasi internasional yaitu A Sudjud Dartanto (Kurator Galeri Nasional Indonesia) dan Dr Yakup Mohd Rafee (Dosen Faculty of Applied and Creative Arts, UNIMAS Malaysia).

Ditambahkan dia, lima kurator internal yang berasal dari FSRD UNS yaitu Prof Dr Narsen Affatara MS, Prof Dr Nanang Rizali, Dr Bedjo Riyanto MHum, dan Dr Deny Tri Ardianto.

"Masing-masing kurator punya standar penilaian berbeda. Misalnya karya satu lolos kualifikasi kurator internal tapi tidak lolos kualifikasi kurator internasional, ya tidak bisa.Pokoknya pameran kali ini internasionalisasinya lebih mengena," jelas Sigit kepada wartawan.

Kurator Galeri Nasional Indonesia, Sudjud, menerangkan karya yang lolos harus memenuhi beberapa kualifikasi seperti karya harus mencerminkan semangat transcoding,  berorientasi pada konsep 'hijau' atau ramah lingkungan, dan menunjukkan kreativitas baru baik dari segi bentuk, ide dan gagasan. (adr)

(way)