SOLO, solotrust.com – Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) di bawah kepemimpinan Edy Rahmayadi kini tengah mendapat sorotan. Slogan #EdyOut pun belakangan mengalir di lini massa media sosial Twitter.
Desakan Edy untuk mundur sebenarnya sudah bergulir sejak lama, sejak dirinya mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatera Utara.
Ada beberapa hal yang membuat para penggemar sepak bola Tanah Air mendesak Edy untuk segera mundur dari kursi Ketua Umum (Ketum) PSSI. Setidaknya ada lima alasan yang melatarbelakanginya, menurut paparan Fox Sports Asia.
1.Performa buruk tim
Performa skuat Garuda tidak semakin membaik sejak diambil alih Edy pada tahun 2016. Prestasi terbaik Indonesia adalah mencapai final AFF edisi 2016.
Asa untuk menjadikan sepak bola Indonesia semakin apik sebenarnya sempat muncul sejak kedatangan Luis Milla sebagai pelatih. Timnas Indonesia pun terbukti menampilkan permainan apik saat gelaran Asian Games 2018 di bawah asuhan Milla.
Namun PSSI justru enggan memperpanjang kontrak pria asal Spanyol itu dan memilih asistennya, Bima Sakti untuk menjadi suksesor. Hasilnya, target juara Piala AFF 2018 terancam hanya menjadi angan-angan.
Skuat Garuda kalah dua kali dalam tiga laga yang dijalani. Mereka kini berada di urutan keempat dalam Grup B, dan harus menunggu laga tim lain untuk menjaga peluang lolos ke semifinal.
2. Kompetisi Liga 1 Tetap Berjalan Selama Piala AFF 2018
Hal ini terbilang aneh. Sebab, kompetisi resmi di bawah naungan PSSI tetap berjalan di saat Timnas Indonesia berlaga di kompetisi internasional, Piala AFF 2018. Liga domestik Indonesia (Liga 1) berjalan seperti sedia kala selama Piala AFF.
Bahkan, pertandingan di Liga 1 juga dimainkan pada hari di mana Indonesia kalah dari Singapura dan Thailand. Ini yang membuat penggemar sepak bola merasa ‘jengkel’ terhadap kebijakan PSSI tersebut.
3. Lupa Memasang Logo Turnamen
PSSI menjadi sorotan karena lupa memasang logo turnamen Piala AFF 2018 di seragam pemain saat pertandingan melawan Timor Leste. Kepala Hubungan Media dan Promosi Digital dari PSSI Gatot Widakdo mengaku, mereka diberi cukup banyak logo tetapi lupa untuk mengenakannya di kaus karena tim sedang mempersiapkan pertandingan melawan Timor-Leste. Hasilnya, PSSI bisa didenda Rp73 juta untuk kesalahan ini.
4. Perlakuan Buruk ke Fans?
Beberapa waktu lalu, Edy Rahmayadi tertangkap kamera seperti tengah menampar seorang suporter karena menyalakan suar di area stadion. Saat itu sedang berlangsung pertandingan PSMS Medan vs Persela Lamongan di Stadion Teladan, Sumatera Utara.
Edy saat itu mengklaim bahwa ia hanya memperingatkan oknum suporter itu untuk tidak menggunakan flare. "Saya ingin mencegah (denda lain) dan itu sebabnya saya mendekati pendukung, saya tidak menampar siapa pun," katanya. Meski begitu, beberapa orang kadung menaruh anggapan negatif atas perlakuan Edy tersebut.
5. Jabatan Ganda: Ketum PSSI dan Gubernur Sumut
Beberapa penggemar sepak bola di Tanah Air menilai bahwa mandat sebagai Gubernur Sumatera Utara (Sumut) merupakan tanggung jawab yang besar. Begitu pula dengan jabatan sebagai Ketua Umum PSSI. Publik menginginkan agar Edy tidak mengesampingkan satu di antaranya, dan lebih memilih salah satunya agar lebih fokus.
Bahkan sebuah petisi daring yang berisi dorongan agar Edy mundur dari Ketum PSSI sudah ditandatangani lebih dari 59 ribu orang. Mereka ingin Edy untuk fokus pada pekerjaannya mengurus Sumut.
Namun ketika ditanya bagaimana dia akan mengelola dua pekerjaan itu bersama-sama, dia menjawab, “Apa urusan Anda untuk menanyakan pertanyaan seperti itu? Anda tidak berhak untuk bertanya kepada saya! Saya memiliki hak untuk tidak menjawab pertanyaan Anda. " Jawaban itu pun belakangan menjadi sorotan publik.
(way)