Hard News

Wali Kota Ajak Lestarikan Budaya sebagai Identitas Bangsa

Jateng & DIY

21 Februari 2019 03:01 WIB

SOLO, solotrust.com- Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo berharap para warga senantiasa mendapatkan solusi untuk segala persoalan dan bergotong royong dalam membangun kota Solo. Hal itu disampaikan saat peringatan berdirinya Kota Solo ke 274 tahun pada hari Minggu (17/2/2019). Melalui Opera Kolosal Boyong Kedhaton Sala Gumregah Rudy mengajak seluruh warga masyarakat untuk membangun 5 budaya, yaitu budaya gotong royong, budaya memiliki, merawat, menjaga dan mengamankan kota Solo dan isinya.

"Salah satunya adalah seni budaya masyarakat kota Solo yang luar biasa ini harus kita lestarikan dan kembangkan. Hal ini merupakan salah satu pengembangan jati diri bangsa Indonesia. Untuk itu Solo Gumregah tentunya kota Solo milik kita, Indonesia milik kita, mari kita jaga bersama agar Solo tetap utuh dan menjadi kota oaling layak huni di Indonesia," tuturnya.



Untuk memeriahkan perayaan Hari Jadi Kota Solo ke 274 tahun, Pemerintah Kota Surakarta mempersembahkan Opera Kolosal Boyong Kedhaton bertajuk "Solo Gumregah" pada Minggu 17 Februari 2019 mulai jam 18.30 WIB di halaman Balai Kota Surakarta. Namun karena kondisi hujan, acara terpaksa diundur hingga jam 21.00 WIB diawali dengan pertunjukan gamelan dari 5 kecamatan di Solo, yaitu Kec. Jebres (Kel. Jebres), Kliwon (Kel. Joyosuran), Kec. Banjarsari (Kel. Gilingan), dan Kec. Serengan (Kel. Serengan).

Pihaknya mengaku menemani dan memantau para seniman saat latihan beberapa waktu sebelumnya dan bahkan tidak menonton debat Calon Presiden demi peringatan Hari Jadi Kota Solo. Rudi juga berterima kasih untuk para warga dan Muspida Kota Solo yang hadir dan menonton meski cuaca tidak mendukung.

"Meski hujan, jiwa seniman memang berbeda dari yang lain. Karena dengan berbagai upaya, menunggu, dan lain sebagainya bertekad meski gerimis tetap main di halaman Balai Kota. Jadi inilah yang sebetulnya saya mohon dukungan doa, bila Solo punya hall besar nanti bisa main kapanpun meski hujan tetap bisa," imbuhnya.

Opera Kolosal Boyong Kedhaton "Solo Gumregah" masih menitikberatkan pada sejarah perpindahan Karaton Kartasura ke Surakarta pada masa Paku Buwana II yang cukup fenomenal dan melibatkan para tokoh di dalamnya seperti Ki Gede Sala. Berbeda dengan pementasan tari kolosal lain, pertunjukan ini dirangkai dengan dialog. Untuk mempermudah pemahaman penonton, selama pertunjukan dibacakan teks narasi dalam bahasa Indonesia serta menggunakan tembang.

Pertunjukan ini adalah persembahan 3 tahun kepemimpinan Wali Kota Surakarta, FX. Hadi Rudyatmo untuk masyarakat Solo sehingga lokasi pertunjukan memilih halaman Balai Kota Surakarta. Terlebih saat ini gedung yang identik dengan birokrasi ini telah dibuka untuk umum sehingga pemimpin lebih dekat dengan masyarakat.

"Konsep artistik yang kami garap lebih menonjolkan bentuk arsitektur dan kemegahan Pendapa Balai Kota dipadukan dengan setting gunungan lanang dan gunungan wedok sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pementasan Opera Kolosal Boyong Kedhaton Sala Gumregah ini didukung 250 seniman," papar Agung Kusumo, selaku Sutradara. (rum)

(wd)