Serba serbi

Pencak Dor, Tradisi Pendekar Pagar Nusa Selesaikan Perselisihan

Olahraga

20 Maret 2019 14:02 WIB

Dua pesilat saat bertarung dalam Pencak Dor, di Gedung Cendana, Poncobudoyo, Pulisen, Boyolali, Minggu (17/3/2019).

BOYOLALI, solotrust.com - Pencak dor sebagai seni bela diri tradisional Jawa, kembali dihidupkan oleh Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa. Dalam momentum peringatan Hari Lahir ke-33, Pagar Nusa Boyolali menggelar ajang tarung bebas itu untuk pertama kalinya, di Gedung Cendana, Poncobudoyo, Pulisen, Boyolali, Minggu (17/3/2019).

Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa, Muchamad Nabil Haroen mengatakan, bila pencak dor merupakan tradisi seni bela diri yang sejak lama dilakukan oleh para pendahulu. Dalam perkembangannya, pencak dor menjadi sarana untuk menghilangkan pertarungan di jalanan seperti kerap dijumpai perkelahian oknum antar perguruan silat. Melalui olahraga pencak dor, prinsip yang dikedepankan adalah di atas lawan di bawah kawan.



Pencak dor dianggap dapat menjadi solusi yang adil untuk menyelesaikan perselisihan tanpa mencederai rasa persaudaraan antar pendekar, karena dalam pencak dor ini peserta yang bertarung akan langsung didamaikan untuk tetap menjalin persaudaraan. Meski terkadang emosi meluap saat pertarungan berlangsung. Bahkan, ketika usai bertanding petarung dari perguruan silat berbeda daerah bisa saling mengenal lebih dekat dengan lawannya.

“Di atas ring silakan bertarung sekencang mungkin, tapi di bawah ring ya kembali bersaudara. Biasanya kan anak muda rebutan cewek, maupun persoalan lain, karena kita memiliki tradisi ini ya diselesaikan di pencak dor, ini” ujar Gus Nabil sapaan akrabnya.

Seni bela diri pencak dor berakar dari Jawa Timur tepatnya dari Ponpes Lirboyo di Kediri, sang inisiatornya adalah KH. Mahrus pada tahun 1942, pada awalnya pencak dor merupakan pencak murni dan mengedepankan seni gerakan serta menjadi ajang silaturahmi antar pendekar. Namun, kekhasan pencak dor turut berubah tatkala periode bergantinya ketua umum.

Pada tahun 1960 seni bela diri itu diketuai oleh KH Maksum Jauhari, sejak itu pencak dor mulai dikenal oleh khalayak, namun meninggalkan seni murni dan lebih kearah silat untuk menyerang dan mengalahkan lawan serta tidak ada aturan baku. Di lain sisi, menjadi jembatan warga yang sering terlibat tawuran untuk menyalurkan hasrat untuk bertarung dengan benar

Kemudian, di era KH. Zainal Abidin sejak 1985 Pencak dor mulai dikuti banyak kalangan masyarakat, konsepnya tarung bebas menggabungkan berbagai macam teknik bela diri dan terkesan keras. Di lain sisi aturan sudah lebih tegas dengan melibatkan wasit.

 “Pencak dor adalah pertandingan tarung bebas ekstrem, kami juga telah siapkan wasit dan panitia yang handal, saya yakin acara akan berjalan dengan lancar,” tutur Gus Nabil

Maka dari itu, meski konsepnya tarung bebas, namun keselamatan tetaplah nomor satu. Salah satunya untuk menjaga keselamatan dan keamanan para peserta, setiap pertandingan dikawal dua orang wasit yang bertugas untuk melerai mereka yang bertanding jika kondisi tak memungkinkan untuk dilanjutkan pertarungan dan juga melihat kondisi petarung apakah masih layak melanjutkan pertarungan.

Pertandingan pencak dor dilakukan di atas sebuah arena khusus berukuran sekitar 10 x 4 meter yang menyerupai ring tinju, namun bedanya dalam pencak dor ini yang menjadi pembatas tepi dan arena adalah rakitan batang bambu. Meski sederhana namun mampu menahan beban dari petarung di atasnya, bahkan menahan bantingan-bantingan petarung. Selain itu, saat pertandingan berlangsung juga diiringi dengan musik gamelan.

Untuk atribut lain yang digunakan pada Pencak Dor bersifat kesepakatan, dalam pencak dor kali ini tidak menentukan atribut khususnya dipakai, peserta hanya menggunakan kaus dan celana yang nyaman dipakai atau pakaian ala pesilat pada umumnya dilengkapi pula dengan alat pengaman ketika pertandingan seperti ada yang memakai balutan kain di telapak tangan maupun pelindung gigi namun hal ini tidak diwajibkan dalam pertarungan kali ini karena sifatnya tradisional bukan profesional.

Gus Nabil berharap seni bela diri Pencak Dor yang dihidupkan ini dapat mengangkat potensi wisata di Boyolali melaui ciri khas seni bertarung yang dipertunjukkan. Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan budaya yang tersebar di seluruh pelosok negerinya.

"Olahraga dan seni tradisional Pencak dor kan juga menjadi bagian dari keberagaman suku dan adat istiadat, kekayaan bangsa Indonesia" pungkas Gus Nabil. (adr)

(wd)