SOLO, solotrust.com - Sejumlah pedagang kuliner maupun makanan ringan di Pasar Gede Solo telah mengantisipasi kedatangan pemudik dengan tetap berjualan pada Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriyah atau Lebaran tahun 2019 di hari kedua.
Salah seorang pedagang camilan, Rosarita (43) mengungkapkan, sebelum Lebaran sudah ramai pembeli yang memborong snack di kiosnya untuk keperluan oleh-oleh yang dibawa keluar kota. Ia pun sudah menyiapkan barang-barang yang dijual terlebih ia tidak menerima reseller dan tidak menerima pesanan snack.
"Ada 7 jenis makanan ringan, saya bikin sendiri. Semua barang sudah ready stock, tidak bisa menerima pesanan. Menjelang Lebaran, per- hari bisa menjual sampai 50 kg per- item dan kalau hari biasa paling laku 20 kg per- item," tutur wanita asli Solo ini pada solotrust.com, Selasa (4/6/2019).
Camilan seperti usus dan belut dijual seharga masing-masing Rp 27,500 per 2 ons, kulit ayam Rp 40.000 per 1,5 ons, Rp 42.000 per 2 ons untuk paru sapi, kulit ceker Rp 28.000 per 1,5 ons. Harga tersebut sudah pas dan tidak ditawar. Menurutnya harga di kiosnya terhitung lebih murah dibandingkan toko.
"Ramainya biasanya setelah Lebaran, para pemudik yang ke Solo. Untuk mengantisipasi pemudik yang mau beli, saya produksi snack untuk stok sebelum hingga usai Lebaran. Karena peminat banyak jadi harus siap stok," imbuhnya.
Sedangkan pemilik kios Es Dawet Bu Dermi, Tulus Subekti (51), merasakan kondisi mulai ramai sejak H-7 Lebaran dan kunjungan dari luar kota banyak. Maka dari itu, dirinya menambah stok 2 kali lipat dari hari biasa. Bila biasanya penjualan sekitar 200 mangkok es dawet pada hari biasa sekarang stok ditambah 175 mangkok.
"Harga naik jadi Rp 10.000 pada H-1 dan H-2 Lebaran, kalau biasanya Rp 9.000. Lebaran hari pertama kios tutup di Pasar Gede, tapi tetap buka di mall," terangnya.
Pedagang Es Gempol Pleret, Nanik Sunarni (38), mengeluhkan meski sudah mulai ada orang luar kota yang membeli dagangannya, ia menilai tahun ini lebih sepi dibanding tahun lalu.
"Dalam sehari penghasilan bersih bisa sampau Rp 300.000. Kalau ramai bisa sampai Rp 1 juta, saat weekend bisa sampai Rp 3 juta. Kalau Lebaran biasanya bisa sampai Rp 5 juta," jelasnya.
Untuk mengantisipasi datangnya pemudik yang ingin kuliner di Solo, ia memutuskan tetap berjualan di hari kedua lebaran walau libur pada hari pertama lebaran. Ia juga mengaku menaikkan harga sejak H-3 Lebaran sampai 2 minggu setelah Lebaran menjadi Rp 10.000 per- mangkok dari yang biasanya Rp 8.000 saja.
"Karena harga bahan-bahan naik, terutama beras untuk gempol dan ketan hitam juga naik harganya," ujarnya.
Sedangkan pedagang Lenjongan Pasar Gede Lia (42), mengaku penjualan terasa ramai pada H-2 dan H-1 Lebaran. Bila pedagang lain cenderung menaikkan harga, dirinya bersikukuh mematok harga makanan sama seperti hari biasa. Ia takut langganan pada kabur bila menaikkan harga jual.
"Lenjongan, brambang asem, dan grontol semua sama Rp 5.000 saja. Kalau tahun ini biasa saja, lebih ramai tahun sebelumnya. Mungkin orang masih pada mau mendaftarkan anak sekolah jadi agak sepi. Lakunya tidak pasti, kalau laris ambil stok lagi di rumah," kata wanita asli Solo ini.
Lenjongan terdiri dari makanan khas Solo seperti tiwul, gatot, ketan hitam, cenil, jongkong, gendar, ketan putih, sawur, dan klepon. Untuk periode Lebaran, peminat makanan ringan lenjongan ini biasanya orang-orang luar kota yang mudik ke Solo. Untuk itu, meski lebaran hari pertama ia libur, pada lebaran hari kedua ia tetap jualan. (Rum)
(wd)