Pend & Budaya

5 Kecamatan Meriahkan Solo Gamelan Festival 2019

Pend & Budaya

24 Agustus 2019 02:32 WIB

Solo Gamelan Festival 2019.


SOLO, solotrust.com - Solo Gamelan Festival 2019 digelar selama 2 hari, Jumat-Sabtu, 23-24 Agustus 2019 di Benteng Vastenberg, Solo dan dibuka secara gratis. Sebanyak lima kelompok yang mewakili lima kecamatan tampil dengan bimbingan lima komposer andalan Solo, yaitu Lumbini Trihasto, Gunarto Gondrong, Dedek Wahyudi, Blacius Subono, dan Darno Kartawi. 



Baca: Sambut SGF, Murid SDN Tugu Menggambar dan Bermain Gamelan

Pimpinan Produksi Solo Gamelan Festival 2019, Teguh Prihadi menjelaskan, tahun ini mengusung tema "Gamelan Tampil di Rumahnya Sendiri" dengan konsep berbeda, yaitu melibatkan seluruh elemen masyarakat. Dimana setiap kecamatan diminta untuk menampilkan karya yang melibatkan anak-anak hingga dewasa.

“Tema besarnya adalah gamelan tampil di rumah sendiri. Setelah tahun lalu menjamu tamu asing, tahun ini saatnya membuktikan bahwa kita semua sebagai tuan rumah juga ikut merawat gamelan,” tuturnya di sela acara pada hari pertama festival gamelan, Jumat (23/8/2019).

Pada hari pertama, sebanyak 5 grup karawitan dari kecamatan di Solo, meliputi Kecamatan Pasar Kliwon,  Serengan,  Banjarsari,  Laweyan, dan Jebres. Selain melibatkan masyarakat, panitia juga mengajak jajaran birokrat termasuk Wali Kota dan Wakil Wali Kota untuk tampil. Rencananya para pejabat pemerintah akan menampilkan bakatnya di hari kedua, Sabtu (24/8/2019). Kemudian dilanjutkan penampilan lima komposer yang sebelumnya telah membimbing grup kecamatan.

Pembukaan festival gamelan tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kota Solo, Kinkin Sultanul Hakim, serta Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Ahyani, yang mewakili Wali Kota Solo, FX. Hadi Rudyatmo.

“Gamelan adalah karya agung dunia, milik kita semua dan Solo adalah rumahnya gamelan. Oleh sebab itu semua masyarakat Solo wajib memiliki, merawat, dan menjaga tumbuh kembangnya. Sekali lagi, Solo adalah rumah bagi gamelan,” tegas Kinkin.

Salah satu grup yang tampil, Kecamatan Pasar Kliwon membawakan karya dengan tajuk Parisuka. Uniknya, konsep karya grup ini menunjukkan bahwa gamelan dapat menangkal isu rasisme dengan memasukkan unsur hadrah yang identik dengan budaya Timur Tengah.

Ketua Kelompok Grup Karawitan Kecamatan Pasar Kliwon, Kadaryadi, menerangkan sebanyak 40 orang turut berpartisipasi dalam grup  yang terdiri dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Ia mengaku bangga, sebab anggota grupnya bukan mereka yang sekolah seni. Meski begitu, Grupnya sering pentas di beberapa tempat seperti Lodji Gandrung dan Bentara Budaya Solo (Gramedia).

"Bangga bisa belajar menabuh dan bisa dilihat banyak orang. Mendekati pentas, lebih semangat latihannya, kalau biasanya seminggu 1 kali, yang ini seminggu jadi 2 kali. Kami didampingi komposer Lumbuni selama latihan sebulan ini," paparnya.

Baca: Flashmob Warnai Pre- Event Solo Gamelan Festival 2019

Karya karawitan Parisuka tersebut memadukan unsur tembang dolanan anak, pemujaan ke Tuhan dan sukacita. Dengan pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa keragaman suku, agama, kepercayaan dan status sosial adalah berkah. Perbedaan bukan penghalang mewujudkan harmoni kehidupan berbalut kegembiraan. Keragaman adalah berkah untuk mewujudkan kegembiraan. (Rum)

(wd)