Serba serbi

Mengenal Alat Bantu Pernapasan SUNS, untuk Bencana Asap Karhutla Riau

Olahraga

20 September 2019 22:31 WIB

Penggunaan Surgeons of UNS (SUNS) Portable Air Filter saat diperagakan oleh tim dari Fakultas Kedokteran UNS, di fakultas setempat, Rabu (18/9/2019).

SOLO, solotrust.com - Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK UNS) menerjunkan tim ke Riau dan Palangkaraya, Kamis (19/9/2019), untuk membantu menjaga kesehatan masyarakat di kawasan terdampak dari serangan bencana asap Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).

Baca: UNS Kirim Tim Bersama Alat Bantu Pernapasan ke Riau dan Palangkaraya



Di lokasi terdampak memberi bantuan alat bantu pernapasan berupa masker bernama Surgeons of UNS (SUNS) Portable Air Filter yang telah diciptakan secara khusus menanggulangi bahaya asap kebakakaran hutan, sekaligus memberikan pelatihan cara membuatnya karena memang dibuat dengan bahan yang sederhana, mudah ditemukan serta murah.

Dosen Bedah Toraks Kardiovaskular FK UNS dr. Darmawan Ismail menjelaskan, SUNS berperan memfilter udara yang masuk, agar oksigen yang dihirup tetap segar sehingga memberikan sirkulasi pernapasan yang bersih.

Bahan-bahan untuk membuat SUNS terdiri dari, kain kristik, kain tipis, perekat lepas pasang, tali bis, tali elastis, filter akuarium, mika tebal, selang akuarium, bola plastik mainan, spons, dan sarung tangan/hand scoon. Lalu alat yang digunakan berupa, plaster, spidol, gunting, cutter, pengaris, lem tembak/lilin dan hecter. Untuk satu buah SUNS, hanya membutuhkan biaya sebesar Rp 25 ribu.

“Pertama-tama, membuat desain pola kotak reservoir terlebih dahulu pada mika dengan spidol kemudian dipotong menyerupai pola, lalu dilipat dan direkatkan menjadi sebuah kotak reservoir. Di sisi depan kotak dibuat lubang untuk ditempatkan dengan filter udara. Pemembuatan filter udara dengan memotong kain tipis dan kain kristik. Pasang kain perekat pada filter dengan menggunakan hecter pada kotak reservoir,” papar dia.

Berikutnya proses pembuatan masker dengan cara memotong mainan bola menjadi dua bagian. Pembuatan masker diawali dengan menggambar site marking/pola untuk dua lubang/ area yang akan berfungsi sebagai tempat selang dan katup. Selang yang digunakan menggunakan selang yang tidak frigid sehingga bisa menjangkau jarak antara area hidung dan setinggi pinggang dewasa.

“Pada bagian bola yang difungsikan sebagai masker bagian tepi dalam dan luar ditempelkan busa. Sehingga diharapkan dapat memberikan kenyamanan, mengurangi gesekan, dan iritasi pada wajah. Selain itu juga sebaiknya menggunakan kaca mata renang.” bebernya.

SUNS memiliki mekanisme kerja, udara masuk ke kotak humidifier melewati filter depan yang dilembabkan dengan air dan detergen, sehingga berfungsi sebagai penyaring, aroma terapi, dan detergen bekerja sebagai pengikat karbon atau penyaring asap. Udara hasil pernapasan keluar melalui one way valve, udara hasil filtrasi dan telah dilembabkan dalam reservoir, mengalir ke masker untuk dihirup, dan udara kotor masuk ke dalam reservoir tersebut.

“Lalu udara bersih dihirup melalui selang, proses inspirasi, dan melewati katup bagian bawah dari masker. Udara kotor dibuang, atau proses ekspirasi, melalui katup bagian atas dari masker dan keluar dari sistem SUNS, sehingga tidak bercampur,” jelas Darmawan.

Ia juga menjelaskan, dua efek imbas dari kabut asap ini adalah pertama ke mata yang bisa menimbulkan iritasi, mata merah, dan perih. Hal itu bisa diatasi cukup dengan memakai kacamata renang. Dengan begitu, mata menjadi aman terlindungi dan tidak akan terkontaminasi asap.

“Kedua, efek asap yang menjadi masalah adalah ke saluran pernapasan. Karena ada aktivitas keluar dan masuk asap ke dalam tubuh,” sebutnya.

Ada banyak kandungan senyawa berbahaya yang terkandung dalam asap karhutla yang tidak seharusnya menjadi konsumsi masyarakat dalam jangka waktu yang lama bahkan di kehidupan sehari-hari, seperti sulfur dioksida atau SO2.

“SO2 dapat membuat saluran napas mengecil dan membuat iritasi selaput lendir pernapasan. Kemudian Ozon atau O3 dapat membuat tenggorokan iritasi. Karbon monoksida atau CO dapat menimbulkan sesak napas, dada terasa berat, pusing, koma, hingga kematian. Dan nitrogen dioksida atau NO2 dapat merusak organ pembersih paru-paru, sehingga pertahanan saluran napas berkurang, nah, jika seseorang terlalu banyak menghirup asap berbahaya tersebut. Maka dapat berpotensi terkena berbagai penyakit, mulai dari iritasi sampai paru kronik,” papar dia

Sementara itu, Dekan FK UNS, Reviono menambahkan, SUNS telah diuji coba dan hasilnya udara yang dihasilkan relatif lebih bersih, jauh mengurangi dampak dari kabut asap karhutla. SUNS didesain dalam dua ukuran, besar dan kecil.

“Ada model satu kotak dengan dua selang, berfungsi untuk ibu yang menggendong bayinya. Juga kami buat dua bentuk, slempang dan ransel. Agar bisa tetap digunakan apapun aktivitasnya. Misalnya, saat bersepeda atau naik sepeda motor, selain itu ada yang satu selang dan ada yang ukuran mini untuk anak-anak. Bisa juga digunakan petugas pemadam kebakaran,” urainya.

Alat bantu pernapasan dari FK UNS ini, diharapkan bisa dibuat secara mandiri oleh masyarakat setelah diberikan pelatihan dan bisa dimanfaatkan oleh warga di Riau dan Palangkaraya yang terkena paparan asap karena kebakaran hutan.

Sedangkan, masker yang umumnya beredar dinilai kurang nyaman atau fungsinya kurang maksimal. Seperti masker N95, memang diklaim bisa menangkal polusi udara. Namun desainnya terlalu tebal, menyebabkan pengguna seakan merasa dibekap meski tujuannya memang agar asap tidak bisa masuk ke dalam saluran pernapasan.

“Ada juga masker yang banyak dipakai sehari-hari, yaitu masker bedah. Sebenarnya masker ini lebih berfungsi untuk melindungi dari cairan. Jadi tidak ideal jika dipakai untuk menangkap asap. Tapi juga tidak apa-apa, itu salah satu sarana untuk membantu tetap bisa bernapas dengan baik,” tutup dia. (adr)

(wd)