Hard News

Viral Jadi Kawasan Kumuh Kedua Se-Jateng, Wali Kota Solo Angkat Bicara

Jateng & DIY

14 Oktober 2019 08:56 WIB

Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo saat menerima penghargaan peringkat 9 Pemerintah Kota Terinovatif oleh Mendagri Tjahjo Kumolo di Jakarta, (7/10/2019). (Dok.Humas Pemkot Surakarta/ilustrasi)

SOLO, solotrust.com – Muncul ramai pembahasan di media sosial terkait kabar yang menyebutkan Kota Solo menjadi kawasan terkumuh kedua di Jawa Tengah, hal itu disanggah Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo yang menyatakan data tersebut tidak relevan dengan perkembangan di tahun ini.

“Itu datanya keliru, data kapan saya tidak tahu, sekarang sudah di bawah 100 hektare. Kita wilayahnya 44 kilometer persegi dengan 100 hektare umpamanya itu ya menurut saya kecil sekali menurut saya, tapi tidak perlu diributkan, ini jadi motivasi bagi saya dan teman-teman ke depannya, banyak program yang kita lakukan, kita terus lakukan hal positif dan terbaik bagi masyarakat dari berbagai bidang, mewujudkan Solo yang 3 WMP (waras, wasis, wareg, mapan, papan),” terang Rudy kepada wartawan, Minggu (13/10/2019).



Wali kota menjelaskan justru Kota Solo baru saja mendapatkan prestasi juara satu Hari Habitat 2019, selain itu dari indeks Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia menetapkan Solo sebagai Kota Paling Layak Huni pada tahun 2018 lalu.

“Lha kita paparan habitat juara kok, yang dipresentasikan kan lingkungan kumuh 100 0 100 itu, saya dapat juara satu nilai 91,42 dan dapat hadiah Rp 1 Miliar kita taruh di RW 9 Kelurahan Nusukan,” kata dia

Sub Professional For Communication Oversight Services Provider (OSP)-2 Jateng, Ferry Asmoro menerangkan bila data yang menyebut Kota Solo menjadi kawasan kumuh terbesar posisi kedua di wilayah Jawa Tengah tersebut merupakan data tahun 2016 lalu, dengan luas kumuh kota 359,5 hektare dan sekarang sudah banyak peran yang dilakukan Pemkot Surakarta untuk penanganan dan mengurangi kawasan kumuh.

“Data tahun ini belum ada karena masih berjalan, target peningkatan kualitas kumuh juga terus meningkat, dari tahun 2016 ke 2017 yang tertangani 31,23 Ha, atau 8,7 persen, kemudian tahun 2018 realisasi penanganan kawasan kumuh 122,48 Ha atau 34,1 persen, dan sisa target tahun 2019 ini 205,8 Ha atau 57,2 persen, tapi kami optimis dengan berbagai upaya yang dilakukan Pak Rudy bisa jadi di akhir 2019 sisa nggak sampai 100 Ha bahkan lebih kecil, dan Pak Rudy masih ada waktu hingga 2020 targetnya Solo zero kumuh sebelum masa akhir jabatan beliau." paparnya.

Fey sapaan akrabnya menambahkan, dalam penanganan kumuh melalui Skala Kawasan Program KOTAKU, seperti yang dilaksanakan kawasan Semanggi, Kota Solo juga menjadi percontohan nasional.

“Bulan agustus 2019 Bappenas studi untuk pengembangan model penanganan kumuh dengan mencontoh solo. Dan Wali Kota Surakarta adalah salah satu pemimpin daerah yang concern terhadap penanganan kumuh dan pendekatan yang humanis serta partisipatif. Komunikasi persuasif pak rudi ke warga terdampak cukup efektif. Kolaborasi OPD di Solo juga baik dalam penanganan kumuh. Yang terbaru adalah Kota Solo juara 1 Lomba Habitat,” bebernya. (adr)

(wd)