SOLO, solotrust.com - Tiga guru besar Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bakal dikukuhkan di Auditorium G.P.H Haryo Mataram UNS, Selasa (5/11/2019) mendatang.
Prof. Dr. Suciati, M.Pd merupakan Guru Besar ke-204 UNS dan ke-60 dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan IPA FKIP UNS.
Prof. Dr. Leo Agung S., M.Pd merupakan Guru Besar ke-205 UNS dan ke-61 FKIP, dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan FKIP UNS.
Prof. Dr. Istadiyantha, M.S merupakan Guru Besar ke-206 UNS dan ke-23 dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB), dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kajian Timur Tengah.
Prof. Suciati dalam pidato pengukuhan memaparkan karyanya yang berjudul "Teknik Scaffolding pada Pembelajaran IPA Berorientasi Inkuiri: Implikasinya terhadap Kemampuan Berpikir Ilmiah".
Hal itu disampaikan dalam jumpa pers di Rumah Makan Goela klapa, Manahan, Banjarsari, Solo, Kamis (31/10/2019)
"Bahwa pembelajaran IPA tengah mengalami transisi paradigma pembelajaran, dari sekadar transfer of knowledge yang berpusat pada guru (teacher centered) menuju pembelajaran yang berorientasi penemuan (inkuiri) yang berpusat pada peserta didik (student centered), artinya penyempurnaan untuk menyesuaikan perkembangan zaman. Metode questioning harus digali, siswa yang bertanya, dipancing belajar menggali pengetahuan dan penemuan," kata Suci.
Sementara itu, Prof. Leo Agung membacakan pidato pengukuhan dengan judul “Pendidikan Karakter sebagai Fondasi Keterampilan Abad 21 (5CS Super Skills)”.
"Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen pendidikan itu sendiri. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action), dan pembangunan karakter bangsa bisa didasarkan pada pendidikan sejarah," jelas dia.
Sedangkan Prof. Istadiyantha membacakan pidato pengukuhan dengan judul “Pemaknaan Baru Terhadap Hubungan Indonesia - Timur Tengah dalam Rangka Menyongsong Era Masyarakat 5.0”.
"Maksud dari studi ini adalah membuka peluang untuk mencari makna baru dari hubungan Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah, bukan lagi bersifat oposisi biner, seperti baik–buruk dan hitam-putih, tetapi dicari warna dan makna lain yang positif," terang dia. (adr)
(wd)