BANDUNG- Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (PSTA-LAPAN) mengembangkan radar hujan. Sistem pemantau hujan yang disingkat Santanu itu menampilkan lokasi yang tengah diguyur hujan lewat laman http://santanu.sains.lapan.go.id/site/ .
"Radar ini dapat memantau hujan hingga radius 44 kilometer," kata Asif Awaludin, Peneliti Muda PSTA-LAPAN, dilansir dari teras.id pada Rabu (4/12/2019) .
Radar hujan itu dipasang di kantor-kantor milik LAPAN seperti di Bandung dan Rumpin-Bogor. Selain itu beberapa radar hujan ikut dipasang di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah, seperti di Sukabumi, Jawa Barat. Radar hujan itu berasal dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional yang dihibahkan ke BPBD.
"LAPAN membantu dalam pembuatan dan pemasangannya," kata dia.
Menyusul yang akan dipasang yaitu di Kota Bima, dan Kota Sorong. Pada pertengahan Desember ini harapannya radar hujan Santanu sudah beroperasi. Selain itu radar hujan juga telah memantau daerah Lembang, Sumedang, Pontianak, Kototabang, dan Sadeng.
Saat membuka laman tersebut pada Selasa sore hingga malam, melihat hujan ringan yang mengguyur Bandung seperti di kawasan utara sesuai dengan hasil radar hujan Santanu.
Pada layar laman radar hujan yang bisa diakses mudah oleh publik, tampilannya terbagi tiga. Peta dan radar hujan berukuran besar menampilkan kondisi hujan hingga radius 44 kilometer dari lokasi radar. Pada bagian kanan atas ada peta yang bisa diperbesar dan lebih detil, termasuk kondisi perubahan hujan per dua menit.
Warna pada sebaran awan menggambarkan tingkat intensitas hujan, dari mulai ringan, sedang, hingga lebat. Sistem juga menampilkan luas area yang diguyur hujan. Selain itu pergerakan awan hujan juga bisa diketahui akan ke arah mana.
Ada 14 corak warna bertingkat dari biru muda hingga ungu. Warna biru tua misalnya, kata Asif, menandakan hujan ringan. Sementara warna hijau mengindikasikan hujan deras.
"Yang perlu di waspadai adalah hujan warna hijau yang cakupannya cukup luas, karena berarti hujannya menjangkau hulu hingga hilir sungai," ujarnya.
Dengan kombinasi durasi waktu hujan, kondisi itu bisa mengindikasikan awal terjadinya banjir.
"Namun tetap perlu dikonfirmasi dengan pengamatan lokal," kata Asif.
(wd)