SOLO, solotrust.com - Pemahaman border diplomacy di kalangan mahasiswa perlu digalakkan guna membangun hubungan baik dengan negara tetangga ke depan.
Seperti disampaikan Diplomat Senior Andhika B Supeno kepada solotrust.com, usai memberikan kuliah umum yang diselenggarakan Program Studi (Prodi) Ilmu Hubungan Internasional (HI) Universitas Slamet Riyadi di gedung H ruang seminar lantai 5 kampus setempat, Kadipiro, Banjarsari, Solo, Selasa (03/12/2019).
Bagi Andhika, calon diplomat haruslah menguasai wawasan mengenai diplomasi perbatasan, apalagi secara geografis negara Indonesia berbatasan dengan sepuluh negara.
"Tiap-tiap wilayah perbatasan membutuhkan perlakuan khusus sehubungan dengan karakteristik garis perbatasan yang berbeda," ungkapnya.
Dijelaskan, membangun kedaulatan negara yang kuat, dibutuhkan pertahanan kuat pula di wilayah perbatasan.
"Pemerintah Indonesia sudah berupaya membangun hubungan baik dengan negara tetangga. Oleh karena itu, perlu ada kajian mendalam tentang border diplomacy," ucap Founder Centre for Territorial Disputes and Border Conflicts Studies Jakarta.
Menurut diplomat senior yang berpengalaman menangani konflik-konflik di perbatasan Indonesia dan negara-negara tetangga itu, persoalan yang ada adalah garis perbatasan sering menjadi celah masuknya berbagai masalah, mulai penyelundupan, penculikan, illegal fishing dan berbagai masalah kemaritiman.
Kuliah umum bertema "Territorial and border diplomacy: Indonesia with the Neighbors" itu dikuti 120 mahasiswa.
Ketua Prodi Ilmu Hubungan Internasional Ganjar Widhiyoga, menyampaikan pentingnya mahasiswa mendapatkan informasi dan pengalaman langsung interaksi bersama diplomat senior.
"Pengalaman ini akan memperkaya pengetahuan dari buku-buku dan proses kuliah sehingga mahasiswa tumbuh kesadaran tentang pentingnya manajemen border diplomacy dan bisa mengembangkan pemikiran terkait hal tersebut dengan dunia internasional," bebernya. (adr)
(redaksi)