Pend & Budaya

Garap Milenial, UNSA Kembangkan Pendidikan Informal

Pend & Budaya

5 Desember 2019 17:31 WIB

Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Surakarta/Head of Foundation (UNSA), Astrid Widayani

SOLO, solotrust.com - Universitas Surakarta (UNSA) terus melakukan berbagai terobosan demi mencetak sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Selain tetap berkomitmen mencerdaskan kehidupan bangsa lewat pendidikan formal, belakangan institusi ini mulai fokus mengembangkan pendidikan informal.

Sebagaimana diutarakan Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Surakarta/Head of Foundation (UNSA), Astrid Widayani, pihak institusi saat ini tengah mengembangkan pendidikan informal berupa program Bahasa Inggris dan pelatihan self development skill bagi masyarakat. Khusus Bahasa Inggris, institusi ingin kalangan milenial memiliki standar kemampuan Bahasa Inggris secara baik melalui sertifikasi internasional resmi.  



"Saat ini kami sedang mengembangkan pendidikan di luar formal education, yaitu informal education di Bahasa Inggris dan pelatihan self development skill. Jadi ada dua, pertama bagaimana kami memastikan khususnya kalau untuk institusi lulusan-lulusan ini mereka memiliki standar yang baik kemampuan Bahasa Inggrisnya melalui sertifikasi internasional resmi," ujarnya, saat melakukan kunjungan ke TA Media Group (TAMG) di Gedung Graha TAMG Jalan Brigjend Katamso 173, Mojosongo, Solo, Kamis (05/12/2019).

Adapun yang kedua, lanjut Astrid Widayani, pihak institusi ingin mencetak kalangan muda (milenial) siap kerja. Dalam hal ini dengan membekali keterampilan sosial (soft skills) yang dibutuhkan dunia industri masa kini. Ada empat keterampilan dasar dikembangkan kaitannya dengan soft skills, yakni intrapersonal skill, interpersonal skill, digital literacy, dan penguasaan Bahasa Inggris.

"Pertama, intrapersonal skill, bagaimana mereka mengenali diri mereka sendiri dan akhirnya bisa mengembangkan diri dengan baik. Kedua, interpersonal skill, bagaimana mereka bisa mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dan menyampaikan informasi secara maksimal, baik presentasi, negosiasi, dan lain sebagainya," terang dia.

Adapun keterampilan dasar berikutnya tentang digital literacy. Astrid Widayani menjelaskandigital literacy berkaitan dengan ilmu yang saat ini dibutuhkan, antara lain tentang teknologi berikut implementasinya. Sedangkan keterampilan Bahasa Inggris, pihaknya memandang penting untuk dikuasai sebab sudah menjadi kebutuhan mendasar dalam sektor apa pun.

"Ada digital literacy, ilmu yang sekarang dibutuhkan, bagaimana kita mengolah informasi yang ada sampai dengan mewujudkan dari berbagai platform yang ada dari berbagai teknologi yang ada sekarang. Terakhir, Bahasa Inggris tentunya menjadi kunci, bagaimana sekarang ini lulusan anak muda sekarang siap kerja. Bahasa Inggris sudah menjadi kebutuhan yang mendasar karena kita sekarang persaingannya nggak hanya lokal, nasional, tapi internasional," jelasnya.

Astrid Widayani berharap lewat pengembangan pendidikan informal ada link and match antara siswa dengan dunia industri.

"Output yang ingin dicapai tentunya adanya link and match antara lulusan (anak muda) yang mereka belajar, mengembangkan dirinya baik English skill maupun self development skill sampai mereka bisa menjadi sukses sesuai potensi mereka," pungkas dia. (and)

(redaksi)