Solotrust.com - Pidato kemenangan BTS untuk Song of the Year di MAMA 2019 yang diwakili Jin menjadi sorotan, karena banyak diasumsikan mengacu pada isu sajaegi (manipulasi chart musik) di Korea Selatan.
“Ada banyak orang yang membuat lagu yang bagus. Saya berharap akan datang dunia ketika semua lagu itu mendapat pengakuan dan banyak didengarkan. Ada cara yang kurang baik, namun bagaimana kalau kita membuatnya dengan lebih jujur? Saya harap eranya akan tiba ketika semua orang membuat dan mendengarkan lagu yang bagus," kata Jin.
Sajaegi saat ini menjadi topik hangat di dunia musik Korea Selatan. Beberapa penyanyi Korsel telah dicurigai mencurangi chart musik. Banyak pula artis yang berbicara tentang masalah ini. Mereka menuntut tindakan yang harus diambil terhadap manipulator chart musik.
Isu ini kembali menghangat setelah Park Kyung, anggota boygroup Block B via Twitternya pada 24 November menyebut nama-nama yang dianggapnya naik chart karena manipulasi seperti Vibe, Song Ha Ye, Lim Jae Hyun, Jeon Sang Keun, Jang Deok Cheol, dan like Hwang In Wook.
Mendengar pidato Jin, Park Kyung mengungkapkan kesannya di acara radionya “Park Kyung’s Dreaming Radio" pada 5 Desember.
Dia memainkan lagu BTS "Make It Right" dan berkata, "Kita telah mendengarkan lagu BTS featuring Lauv. Saya melihat bahwa BTS memenangkan banyak penghargaan kemarin. Mereka juga memberikan pidato penerimaan yang keren."
Dipilihnya lagu "Make it Right" yang berarti memperbaiki supaya benar juga menjadi sorotan, karena relavan dengan harapan agar sesuatu yang salah bisa diperbaiki.
Sebelumnya, paska Park Kyung bersuara, lagunya "Inferiority Complex" juga naik hingga peringkat 6 chart Melon pada 26 November. Lagu itu dirilis secara digital pada 2016. Naiknya lagu ini diasumsikan sebagai bentuk dukungan netizen Korea pada Park Kyung.
Pada 3 Desember, acara berita hiburan SBS "Night of Real Entertainment", sebagaimana dikabarkan K-Pop Herald via Soompi (4/12) melaporkan tentang topik sajaegi dengan wawancara dengan orang dalam dari industri musik.
Salah satu orang itu berkata, “Orang-orang mendiskusikan harga sekitar 80 juta Won (sekitar Rp945 juta). Keuntungan bulanan untuk lagu ini adalah sekitar 100 juta Won jika Anda masuk dalam peringkat 10 besar, jadi itu bukan bisnis yang merugi. Saya mendengar bahwa mereka mendapatkan kafe internet di daerah pedesaan, memberikan 20 kartu identitas untuk setiap orang, dan membuatnya naik saat fajar."
Sumber lain mengatakan, “Harganya sekitar 100 juta Won di masa lalu, tetapi harganya sekitar 100 juta hingga 200 juta Won sekarang. Kemudian, dijamin masuk dalam peringkat 10 besar di tangga lagu."
Penggunaan viral marketing telah dijelaskan sebagai penjelasan yang mungkin untuk lagu-lagu tertentu yang tiba-tiba naik di tangga lagu, dan sumber itu menggambarkan ini sebagai sebuah dalih, dengan mengatakan "Mereka menciptakan alasan mengapa (lagu) itu naik di chart, sehingga mereka membuat dalih yakni dengan mempromosikannya di media sosial."
Dilansir dari Sports World via Soompi (5/12), sebuah sumber anonim mengirim sebuah foto kepada outlet media Sports World yakni komputer dengan sebuah lagu yang distreaming menggunakan puluhan akun secara bersamaan. Sumber itu mengklaim, "Ini harusnya menjadi salah satu yang Park Kyung sebutkan baru-baru ini."
Sumber tersebut mengungkapkan alasan mengapa berbagi informasi itu, dengan menyatakan, "Baru-baru ini, ini telah menjadi masalah sosial, dan saya harap ini membantu Park Kyung, paling tidak sedikit."
Sumber itu menambahkan, “File asli adalah video, dan wajah orang yang mengoperasikan komputer ditampilkan. Saya berencana membuat permintaan ke agensi yang berspesialisasi dalam pengenalan wajah dan juga berencana mengirimkannya ke agensi investigasi, Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata, dan organisasi lain yang terlibat dengan industri musik." (Lin)
(wd)