Entertainment

BTS Jadi Bahan Diskusi Akademisi: Buka Babak Baru dalam Studi Budaya Asia dan Korea

Selebritis

18 Desember 2019 17:32 WIB

BTS. (Dok. Big Hit Entertainment).

Solotrust.com - Big Hit Entertainment belum lama ini mensponsori sebuah seminar berjudul “K-pop Beyond BTS: Media Technology, Creative Industries and Fandom Culture” di Universitas Yonsei, Seoul. 

Seminar itu diadakan oleh the Korean Society for Journalism & Communication Studies (Ksjcs) divisi Culture and Gender Studies.



Baca: V Keluhkan Ulah Sasaeng Fans, Ikuti BTS Hingga ke Pesawat

Dilansir dari JoongAng Daily (12/12), seminar itu dibuka oleh Kim Chun Sik, presiden dari Ksjcs dan professor media dan komunikasi dari Hankuk University of Foreign Studies, yang diikuti ceramah oleh Professor Hong Seok Kyeong dari departemen komunikasi Seoul National University.

"BTS menunjukkan lebih dari sekedar musik, tetapi juga fakta bahwa mereka adalah orang-orang yang hidup di generasi yang sama dengan kita," kata Kim.

"Fokus hari ini adalah pada komunikasi dengan penggemar dan bagaimana hal itu melampaui berbagai media, sehingga orang merasa bahwa mereka semua adalah orang yang sama," tuturnya.

Profesor Hong menyajikan presentasi dengan judul “Landscape of Hallyu Studies: New Prospects Since BTS". Ia menjelaskan bahwa

BTS telah membuka babak baru dalam studi budaya Asia dan Korea dalam beberapa tahun terakhir.

Sesi pertama menyentuh lanskap baru K-pop sejak BTS, diikuti dengan sesi tentang BTS dan fandom transkulturalnya (ARMY), kemudian sesi tentang globalisasi dan hibriditas budaya, dan sesi terakhir tentang berbagai platform dan teknologi media.

Dua belas tim peneliti, termasuk profesor, mahasiswa, dan doktor membuat presentasi dan menjawab pertanyaan dari mereka yang hadir.

 “K-pop telah menemukan fase baru dalam studinya. Dengan generasi peneliti dan konsumen yang lebih muda, saya berharap dapat melihat studi generasi baru yang akan datang," kata Hong.

Dikabarkan dari sumber lain, yakni Yonhap News Agency, Professor Hong juga mengatakan bahwa BTS adalah simbol utama transnasionalisme yang berkembang saat ini.

"K-Pop bukan lagi sebuah fenomena Asia Timur. Ini adalah budaya pop global," kata Hong, seraya menambahkan bahwa BTS telah mendefinisikan kembali maskulinitas seperti yang sebelumnya didefinisikan oleh Barat.

Beberapa hal lain yang dikatakan dalam seminar itu misalnya tentang kekuatan internet dan ARMY untuk mendukung BTS.

Didukung oleh konektivitas internet dan layanan jejaring sosial, ARMY terlibat dalam operasi transnasional terorganisir untuk mengunduh lagu BTS dan melakukan vote secara massal, yang menjadi ujung tombak kemenangan grup itu di Billboard dan penghargaan musik besar Amerika.

Selain itu, penggemar BTS juga membantu menelurkan genre baru yakni "reaction video" di YouTube, yang berisi reaksi simultan para penggemar terhadap penampilan bintang-bintang K-Pop. Sementara penggemar lain memilih melakukan perjalanan langsung ke Korea Selatan untuk mengikuti jejak langkah BTS.

Fenomena seperti itu membentuk kembali lanskap budaya musik pop di era internet lintas batas dan teknologi komunikasi, kata para pakar dalam seminar akademik itu.

"Fandom K-pop adalah komunitas jaringan yang sangat terorganisir dengan tujuan komunal yang spesifik. Penggemar akan memobilisasi sumber daya mereka melalui media digital dan teknologi dan melakukan kerja yang efektif untuk mencapai tujuan itu," kata Areum Jeong, asisten profesor di Universitas Sichuan-Pittsburgh Institute di Cina.

Lu Tian, kandidat Ph.D di Hong Kong Baptist University, berfokus pada bagaimana popularitas BTS menyebabkan arus lintas batas orang, teks dan gambar.

Baca: Halsey dan BTS Saling Tukar Kado Jelang Natal

"'Tur Bangtan' harus dilihat sebagai praktik partisipatif dari penggemar BTS global, yang komitmen afektifnya pada grup idola menciptakan nilai-nilai tambahan pada tempat," katanya, yang merujuk pada tur ARMY ke tempat-tempat di Korea Selatan yang terkait dengan anggota BTS. (Lin)

(wd)