Hard News

Warga Boyolali Diimbau Waspada Musim Hujan, Pemkab Bentuk Posko

Jateng & DIY

27 Desember 2019 04:05 WIB

Pohon roboh menimpa rumah akibat hujan deras disertai angin kencang

BOYOLALI, solotrust.com - Sejak 1 Desember 2019 hingga 31 Maret 2020 nanti, pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali menerbitkan surat keterangan (SK) tanggap darurat pada musim penghujan tahun ini. Warga diimbau waspada menghadapi musim penghujan.

Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Bambang Sinungharjo mengatakan, SK tersebut disertai imbauan antisipasi cuaca ekstrem juga sudah disampaikan oleh 22 camat se-Boyolali. Bahkan, SK langsung disampaikan kepada kepala desa (Kades) dan lurah di wilayah masing-masing.



“Pada intinya, masyarakat diimbau untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana di musim punghujan ini,” terang dia kepada wartawan, Kamis (26/12/2019).  

Kewaspadaan sangat penting untuk menjaga keselamatan jiwa saat terjadi bencana. Jika ada cuaca atau mendung ekstrem (sangat tebal), warga diimbau tidak berada di dekat pohon besar maupun tiang listrik.

“Hal itu untuk mengantisipasi kemungkinan pohon atau tiang listrik roboh,” ujar Bambang Sinungharjo.

Sebagai antisipasi bencana, di setiap kecamatan sudah dibentuk posko tersendiri. Jika ada bencana di desa atau kelurahan setempat, petugas posko dapat segera menangani dengan cepat.

“Jika membutuhkan bantuan dari BPBD atau SAR (Search and Rescue), kami siap untuk menerjunkan petugas dan relawan secepatnya. Tujuannya untuk meminimalkan korban,” jelas Bambang Sinungharjo.

Disinggung tentang bencana angin puting beliung di kawasan Boyolali Kota dan sekitarnya, Rabu (25/12) sore kemarin, Bambang Sinungharjo mengatakan semua sudah berhasil diatasi. Dalam kejadian itu, diketahui sejumlah pohon tumbang, di antaranya menimpa dua rumah milik Triyanto dan Aji Sutrisno warga Kelurahan Siswodipuran, Boyolali Kota.

”Pohon yang tumbang sudah ditebang oleh relawan, BPBD, SAR dan masyarakat. Demikian pula korban sudah diberikan bantuan berupa jaminan hidup (jadup),” kata dia

Sementara itu, sejumlah petani jagung di Desa Jelok, Kecamatan Cepogo merugi karena tanaman jagung roboh dihantam angin kencang. Meskipun tanaman masih tetap hidup, namun diperkirakan hasil panen akan merosot.

“Tanaman yang terkena bencana rata-rata berusia dua bulan,” ujar Haryanto (48), salah satu petani.

Biasanya, tanaman masih akan tetap hidup karena batangnya tidak patah. Namun, hasil panen tidak maksimal karena bulir jagung tidak bisa penuh. Jika tidak terkena bencana, hasil panen bisa laku Rp1 juta hingga Rp 2 juta untuk lahan ukuran 1000 meter persegi.

“Namun karena dampak bencana, hasil panen hanya laku Rp750 ribu sampai Rp1,250 juta,” tandasnya. (Jaka)

(redaksi)