solotrust.com — Ini pertama dalam sejarah, harga semen di Papua turun dari sekitar Rp 2 juta per sak menjadi Rp 500.000 per sak. Begini penjelasan lengkap dari Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Agung Wiharto.
Agung Wiharto mengatakan, turunnya harga semen di pedalaman Papua tersebut merupakan hasil dari kerja sama berbagai pihak. Selain Semen Indonesia lewat Semen Tonasa selaku produsen semen, kontribusi lain juga diberikan PT Pelindo IV, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), hingga PT Pos Indonesia, dan para distributor.
“Kami bekerja sama dengan perusahaan perdagangan Indonesia PPI. Bekerja sama dengan Pelindo IV. Jadi semua dikelola dengan sangat efisien. Kami menekan semua margin-margin dari mulai di pabrik kami, sampai dengan distribusi di lokasi,” jelas Agung sebagaimana dilansir DetikFinance.
Tidak membebani negara
Adapun penurunan harga semen tersebut, diakui Agung tidak membebani negara karena tidak disubsidi. Meski demikian, perusahaan mengaku tak rugi. Memang ada sedikit penurunan margin, tapi tidak sampai mengalami kerugian.
“Enggak (rugi). Ini sebenarnya tetap ada margin, hanya saja sekarang lebih diefisienkan, semua biaya-biaya ditekan,” kata Agung.
Untuk diketahui, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meninjau ke toko- toko pengecer semen di Kabupaten Puncak Jaya dan Wamena, Papua. Peninjauan ini sebagai tindak lanjut kesiapan logistik terkait program semen harga terjangkau di Papua.
Peninjauan ini dipimpin oleh Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno. Kemudian didampingi Direktur Pemasaran dan Supply Chain PT Semen Indonesia Tbk Ahyanizzaman.
Fajar Harry Sampurno sebagaimana dilansir Liputan6 mengatakan, prinsipnya pemerintah menginginkan seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan pelayanan yang sama. Untuk itu pemerintah terus melakukan kebijakan untuk membantu masyarakat.
Sementara saat peninjauan di Kabupaten Puncak Jaya, Bupati Puncak Jaya Henock Ibo mengungkapkan, mahalnya harga semen di Puncak Jaya yang mencapai Rp 2 juta per sak membuat pembangunan terhambat. Itu bisa dilihat bangunan-bangunan di Kota Mulia Puncak Jaya di mana tidak ada bangunan bertingkat seperti yang ada di daerah lain. Konstruksi bangunan adalah dari kayu, termasuk bangunan kantor pemerintah daerah.
Henock Ibo menambahkan bahwa kebutuhan semen untuk Kabupaten Puncak Jaya tahun 2017 mencapai 2.000 ton per tahun. Lalu, proyeksi tahun 2018 mencapai 3.600 ton per tahun. Penyerapan tertinggi pada proyek-proyek pemerintah yang mencapai 3.000 ton, sedangkan 600 ton untuk konsumsi masyarakat.
Untuk sampai ke Kabupaten Puncak Jaya, semen dari pelabuhan Timika menuju Wamena diangkut dengan menggunakan pesawat cargo. Selanjutnya, semen didistribusikan ke Puncak Jaya menggunakan angkutan darat.
Sementara itu, Ahyanizzaman mengatakan, setelah melakukan tinjauan ke toko-toko pengecer di Puncak Jaya dan Wamena maka semen siap dijual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi ( HET) yang telah ditetapkan. Masyarakat bisa membeli semen dengan harga terjangkau di toko-toko yang ada logo BUMN Hadir untuk Negeri.
Sedangkan pengiriman perdana Semen Tonasa dari Makasar sudah sampai di Pelabuhan Timika sebanyak 312 ton. Selanjutnya, akan didistribusikan ke kabupaten di pegunungan. Agar kondisi tetap baik, sak semen dilapisi dengan plastik karena tingginya curah hujan di daerah pegunungan.
(Patner)