Pend & Budaya

Mahasiswa Asal Belanda Bikin Project Bagi Warga Kampung Kota di Solo, Hasilnya Keren

Pend & Budaya

2 Januari 2020 18:03 WIB

Tiga mahasiswa asal Rotterdam University Belanda yang menjalani program magam internasional di UNS, Solo. (Dok. Humas UNS).

SOLO, solotrust.com – Kolaborasi inovasi mahasiswa asal negeri Kincir Angin Belanda dengan mahasiswa Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mampu menghasilkan beberapa produk bermanfaat, seperti Ecobrick, Verticle Urban Agriculture (VUA) dan Program Rain Harvesting dan Filterisasi Air.

Inovasi tersebut muncul kala ketiga mahasiswa Belanda menjalani program magang internasional di UNS, mereka mempelajari kehidupan kampung kota, manajemen sampah dan perairan di Kota Solo. Mees Sofia Lienders, Linde van Eden dan Mila Diemel berasal dari Rotterdam University of Applied Science Department Water Management.



Selama lima bulan, Agustus hingga bulan Desember 2019, mereka berkolaborasi dengan Mahasiswa Prodi Arsitektur UNS Shafira Zahro Rosyadi, Nathasya Lintang Ayasha Kirti, Adiel Edo Atmanto menjalani berbagai project di Kota Solo, salah satunya di Kampung Mojo, Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon.

Dalam menjalankan aktivitasnya, para mahasiswa tersebut dibimbing oleh dosen Dr. Eng Kusumaningdyah N.H dan Pratiwi Anjar, ST, MT dari Prodi Arsitektur FT dan Laboratorium Urban Rural Design and Conservation (URDC) serta Lina Indawati, S.T., M.T dari Prodi Sipil. Program magang internasional di Prodi Arsitektur tahun 2019 kali ini merupakan ke-4 kalinya diselenggarakan.

Di RW 1 Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Mila Diemel dan Shafira Zahro Rosyadi melihat potensi sampah plastik untuk diolah menjadi produk bermanfaat, mereka kemudian membahasnya dalam Focus Group Discussion hasilnya, pengelolaan sampah plastik di permukiman dinilai belum maksimal

Mila dan Shafira kemudian merekomendasikan pembuatan ”Ecobrick” menjadi solusi pengolahan sampah plastik lebih lanjut dari limbah rumah tangga di permukiman kampung kota. Produk material ecobrick dapat diproduksi dengan mudah mengingat sampah plastik dari hasil konsumsi harian rumah tangga. Sejak diadakannya workshop pertama hingga terakhir, mampi dihasilkan lebih dari 150 buah ecobrick.

“Ecobrick adalah botol plastik yang diisi dengan limbah padat non-biologis, dipenuhi hingga padat untuk siap menjadi bata bangunan pada konstruksi bangunan ringan. Hasil dari material ecobrick dimanfaatkan untuk dibuat menjadi furniture berupa tempat duduk yang bisa dipergunakan bersama,” kata Mila Diemel saat berada di Kampus UNS belum lama ini.

Mahasiwa kelompok lain, Linde van Eden dan Nathasya Lintang Ayasha Kirti tak beda dengan Mila dan Shafira, mereka melihat pengelolaan sampah plastik di permukiman kota di Kampung Mojo belum maksimal, mereka lantas membuat project Verticle Urban Agriculture (VUA).

“Hasil wawancara kami dengan warga, mereka menghadapi permasalahan manajemen limbah plastik, masyarakat mengeluh apabila pada masa kemarau sering kesulitan menanam karena cepat keringnya tanah sehingga tanaman menjadi mati,” ucap Linde Van Eden.

Dijelaskan dia, desain VUA memungkinkan rekomendasi sistem bertanam di Kampung kota dengan sistem “managing drinking process” sehingga tanaman dapat mengatur proses evaporasinya sendiri menghindari cepat keringnya tanah.

“Desain ini juga memanfaatkan botol plastik yang sudah tidak digunakan, sebagai media tanam sehingga bisa membuat nilai lebih terhadap limbah plastik, mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai,” ungkapnya.

Kepada warga Linda dan Nathasya tak hanya memberikan workshop semata, namun juga melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala guna melihat kinerja VUA serta memberikan tips dalam menanam dengan media VUA.

“Warga banyak menggantung VUA pada lokasi-lokasi yang mudah terlihat dan terjangkau. Seperti di dinding rumah, trititsan serta jemuran,” jelasnya.

Project berbeda dilakukan satu mahasiswa asal Belanda lainnya, yakni Mees Sofia Lienders berkolaborasi dengan Adiel Edo Atmanto menyoroti masalah persediaan air bersih di RW 3 Kampung Mojo, Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon.

Dari hasil kuesioner dan FGD bersama warga, banyak yang mengeluhkan harga air PDAM terlalu mahal bagi mereka, serta kurang baiknya kualitas air PDAM, kualitas sumur juga tidak stabil, dan masih perlunya membeli air siap konsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Melihat hal itu, mereka membuat project sumber air alternatif dan penyaring air.

“Dari dua sumber air sumur dan PDAM diketahui sumber air keduanya tidak memiliki kualitas air yan baik. Program rain harvesting dan filterisasi air menjadi rekomendasi program di kampung ini.

Menariknya dari proses pemasangan penampungan air ini, kata dia, warga bisa melakukan pemasangan alat dengan kreatifitas masing-masing, memanfaatkan botol bekas yang berfungsi sebagai peralon yang disambungkan dari talang menuju bak penampung air.

Dijelaskan Mess Sofia, Rain Harvesting merupakan cara memanfaatkan sumber air hujan untuk kegiatan keseharian namun tidak untuk diminum. Teknis dari project tersebut adalah dengan menampung air hujan dari talang yang ada di atap.

“Cara memasangnya menggunakan saluran yang terbuat dari botol 1,5 liter yang disambung serta dipasangkan pada talang dan disambungkan pada penampung air. Sistem kerjanya pada saat hujan air masuk melalui talang dan saluran botol yang masuk ke dalam penampung. Setelah itu menunggu sampai penampung terisi penuh,” bebernya. (adr)

(wd)