SOLO, solotrust.com – Kemajuan teknologi agaknya harus disikapi bijak perguruan tinggi supaya hubungan antara dosen dan mahasiswa lebih cair dan tidak ada gap. Bukan malah sebaliknya menjauhkan komunikasi dosen dengan mahasiswa.
Hal itu disampaikan Rektor Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta Profesor Sutardi, saat membuka acara seminar interaksi dosen dan mahasiswa dalam meningkatkan proses belajar-mengajar, diselenggarakan Fakultas Pertanian Unisri di Gedung H lantai 5 kampus setempat, Kadipiro, Banjarsari, Solo, Sabtu (04/01/2020).
“Dosen dan mahasiswa menjadi teman diskusi. Mereka bisa berdiskusi kapan saja di mana saja, seiring kemajuan teknologi. Mahasiswa bisa mengunduh atau mengumpulkan materi pembelajaran yang diberikan dosen melalui media sosial seperti YouTube, Instagram, WhatsApp, atau email, lalu didiskusikan,” kata rektor.
Sutardi berpesan agar manahsiswa dan dosen senantiasa menjaga dan membina tatap muka tanpa mengurangi konsep-konsep pembelajaran, baik saat perkuliahan maupun konsultasi.
“Antara mahasiswa dan dosen harus saling menghargai, kedekatan personal di antara keduanya harus dijaga. Meski sudah menyampaikan nilai atau laporan pada dosen melalui email atau WhatsApp, mereka tetap harus bertemu secara fisik dan berdiskusi maupun memberikan bimbingan karena chemistry-nya tetap berbeda, tatap muka langsung dengan online,” ucapnya.
Di samping itu, rektor juga menyinggung soal ilmu pertanian, mengingat Indonesia adalah negara agraris. Menurutnya, pertanian sektor vital bagi bangsa dan negara.
"Pertanian itu jangan dipandang sebelah mata. Kalau tidak ada pertanian, apa yang akan kita konsumsi," katanya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian Unisri Surakarta, Dewi Ratna Nurhayati menuturkan, kekompakan antara dosen dan mahasiswa adalah tolok ukur sebuah keberhasilan proses pembelajaran. Adapun untuk membangun kekompakan diperlukan interaksi. Dosen juga harus introspeksi sudah memberikan hal terbaik atau belum bagi mahasiswa.
Lebih luas, Dewi berharap dapat terbangun interaksi baik di lingkungan kampus. Tidak hanya lingkup antara dosen dan mahasiswa, tetapi juga interaksi sesama dosen, antarkaryawan, universitas dengan alumni, universitas dengan masyarakat sekitar, dan stakeholder lainnya.
"Apakah kita sudah benar-benar kompeten dalam mengajar. Contoh kecil, apakah sudah datang tepat waktu saat mengajar? Saya kira kalau segala interaksi itu berjalan dengan baik, proses pembelajaran akan berjalan dengan baik pula dan universitas kita akan maju," ucap Dewi
Salah seorang narasumber seminar, Rudi Hari Murti berpendapat dibutuhkan inovasi dalam pelayanan pendidikan di zaman kompetitif ini. Salah satunya dengan prioritas pengembangan SDM berintegrasi, beriman, berkualitas, berdaya saing tinggi, dan kompeten.
“Bidang pertanian sangat berpeluang dalam pengembangan jiwa kreatif dan cerdas, membaca potensi disertai rasa percaya diri, kedisiplinan, fleksibel dalam penyusunan kurikulum karena untuk maju semua perlu proses,” pungkas dia. (adr)
(redaksi)