Pend & Budaya

Natal Bersama, 2 Rektor Perguruan Tinggi di Solo Ingatkan Pentingnya Persahabatan

Pend & Budaya

10 Januari 2020 19:03 WIB

Rektor ISI Dr Drs Guntur M Hum (kiri) dan Rektor UNS Prof Jamal Wiwoho (dua dari kiri) saat menghadiri perayaan Natal Bersama di Teater Besar ISI Surakarta, Kamis (09/01/2019)

SOLO, solotrust.com – Civitas akademika dari dua perguruan tinggi, Institut Seni Indonesia (ISI) dan Universitas Sebelas Maret (UNS) tampak guyub rukun bagai sahabat dalam perayaan Natal Bersama dipimpin Romo A Agus Ariestyanto di Teater Besar ISI Surakarta, Kamis (09/01/2020).

Rektor ISI Surakarta, Guntur, menjelaskan dalam perayaan Natal tahun ini ISI Surakarta yang menjadi tuan rumah mengundang Rektor UNS Jamal Wiwoho berserta civitas akademika setempat.



“Hal ini menggambarkan tema Natal tahun ini, yakni 'Hiduplah sebagai Sahabat bagi Semua Orang', di mana pihak UNS dan ISI selalu rukun dan guyub, meski di bawah paguyuban dua perguruan tinggi berbeda, apalagi kursinya sampai terisi penuh,” kata dia.

Guntur berharap persahabatan antarinstansi, lembaga maupun individu tidak dikotori oleh perbedaan-perbedaan kepentingan pribadi, seperti halnya kegiatan Pemilu. Berkaca pada Pemilu 2019 eskalasi konflik antarmasyarakat sangat tinggi.

Sementara itu, Rektor UNS Jamal Wiwoho menyampaikan sejumlah hal penting berkaitan dengan isu-isu keberagaman masyarakat. Indonesia dibangun atas dasar keberagaman suku, bangsa, bahasa, agama, bahkan perbedaan pandangan politik. Hal-hal semacam itulah yang harus disatukan.

“Kami meyakini bahwa keberagaman memiliki keindahan bila sesama bangsa Indonesia saling mengenal dan menghormati, walau punya pandangan berbeda. Dalam arti Indonesia harus menjadi rumah kita,” ujarnya.

Jamal Wiwoho juga menyinggung tema perayaan Natal bersama kali ini. Menurutnya dalam bersahabat harus dilandasi tiga sikap utama, yakni ketulusan, penghormatan, dan kesetaraan. Pasalnya, hiruk pikuk duniawi berpotensi membuat orang menjadi individualistis dan tak ingin bersahabat dengan orang lain.

Menjadi sahabat, kata rektor adalah hasrat untuk mengoreksi relasi dengan orang-orang yang didasari rasa penghormatan, ketulusan, dan kesetaraan, bukan relasi bersifat transaksional, apalagi eksploitasi dengan ujaran kebencian.

“Tema perayaan Natal tahun ini sangatlah tepat, di tengah Presiden Jokowi dan sejumlah tokoh bangsa mengajak para pemimpin dunia untuk menjaga kerukunan, kedamaian, dan persahabatan antarumat beragama,” pungkas dia. (adr)

(redaksi)