Entertainment

Inilah Pesan yang Ingin BTS Sampaikan di Era Shadow

Selebritis

09 Februari 2020 23:56 WIB

BTS (Dok. Big Hit Entertainment)


Solotrust.com - Setelah merilis seri pertama album "Map of the Soul" yang mengeksplorasi aspek persona, salah satu dari struktur kepribadian berdasarkan teori Carl Gustav Jung, BTS akan kembali dengan seri kedua album tersebut, yang mengeksplorasi aspek Shadow dan Ego dalam album bertajuk "Map of the Soul: 7" pada 21 Februari mendatang.



Tiga lagu telah diunggah sejauh ini, yakni "Interlude: Shadow" yang dibawakan Suga, "Black Swan" yang dibawakan semua anggota BTS, dan "Outro: Ego" yang dibawakan J-Hope.

Terkait apa pesan yang ingin BTS sampaikan dalam era ini, Suga mewakili BTS mengungkapkannya dalam wawancara di acara Zack Sang Show, yang diunggah di channel YouTubenya pada 4 Februari 2020

"Satu pesan yang menembus album secara keseluruhan adalah bahwa kamu harus menghadapi bayang-bayang (shadow) dalam batinmu tetapi jangan sampai tenggelam di dalamnya. Kamu harus menghadapinya dan bergerak maju," kata Suga.

Dalam kesempatan itu, RM juga mengatakan bahwa "Black Swan" adalah tentang shadow, yang merupakan salah satu sisi personal dalam diri mereka. Lagu itu dikatakan RM sangat personal untuk mereka.

Apa yang dikatakan Suga selaras dengan lirik dalam "Interlude: Shadow" yang ia bawakan. Lagu itu diawali dengan aspirasi untuk menjadi seorang bintang besar. Namun ketika itu terwujud, BTS harus bergulat dengan apa yang disebut "shadow", bayang-bayang yang menyiksa seperti rasa sepi dan kesendirian ketika berada di puncak ketenaran.

Meski begitu, mereka menyadari jika ketenaran dan kesendirian adalah sepaket, tak dapat dipisahkan. Keduanya adalah satu kesatuan, sehingga berdamai dengannya adalah solusi untuk membuat semuanya menjadi mudah.

Shadow sendiri memiliki hubungan yang simetris dengan Persona. Jika dalam comeback trailer Persona RM mengatakan "I just want to fly (aku hanya ingin terbang)", maka dalam Shadow Suga mengatakan "Don't let me fly (jangan biarkan aku terbang)". Hal ini bisa dipahami bahwa meski BTS ingin sukses besar sebagai seorang artis, tetapi kesuksesan itu ternyata diikuti dengan "harga" yang harus dibayar berupa ketakutan dan kesendirian, hingga mereka merasa mungkin akan lebih baik jika mereka tidak sukses saja.

Lagu ini dibuka dengan intro yang menyatakan bahwa mimpi besar BTS menjadi kenyataan, dengan lirik "Aku ingin menjadi bintang rap, aku ingin menjadi yang teratas, aku ingin menjadi bintang rock, aku ingin semuanya menjadi milikku, aku ingin kaya, aku ingin menjadi raja, aku ingin menang, aku ingin sesuatu yang besar. Oh boy, biarkan aku melihat, aku mendapat mimpi besar."

Selanjutnya, verse lagu ini menggambarkan bagaimana efek dari semua itu, yakni shadow/bayangan yang semakin besar pula, mengikuti cahaya (kesuksesan) mereka yang semakin intens.

"Aku bertanya-tanya setiap hari seberapa jauh aku bisa pergi. Aku tersadar dan menemukan diriku disini (ketenaran). Bayangan di kakiku Lihat ke bawah! Itu menjadi lebih besar. Aku berlari, tetapi bayangan mengikutinya, sama gelapnya dengan cahaya yang intens," kata Suga.

Di lirik selanjutnya, Suga mengungkapkan rasa takut yang ia (BTS) alami ketika berada di puncak popularitas, hingga mereka ingin lari saja. Shadow mereka semakin kuat, bagai monster yang bisa menelan mereka. Disaat itulah mereka hanya bisa berdoa agar semua baik-baik saja.

"Aku takut, terbang tinggi itu menakutkan. Tidak ada yang mengatakan kepadaku betapa kesepiannya di sini. Aku bisa melompat di udara tetapi juga bisa terjun. Sekarang aku tahu, lari bisa menjadi pilihan juga, jeda. Kata orang, ada kemegahan dalam cahaya terang itu. Tapi bayanganku yang tumbuh menelanku dan menjadi monster. Tinggi, tinggi, dan lebih tinggi, lebih tinggi. Aku hanya akan pergi lebih tinggi dan vertigo menyusulku. Aku bangkit, bangkit, aku membencinya.

Aku berdoa, aku berdoa, berharap baik-baik saja," lanjut Suga.

Di bagian chorus, karena shadow itu sudah tak tertahankan, sampai ada momen dimana mereka ingin menyerah saja. Mungkin akan lebih baik jika mereka berada di ruang redup, tidak berada di antara cahaya flash handphone yang selalu mengintai tiap gerak mereka.

"Saat aku terbang tinggi seperti yang aku inginkan. Bayanganku tumbuh dalam cahaya mencolok itu. Tolong jangan biarkan aku bersinar. Jangan mengecewakanku. Jangan biarkan aku terbang. Sekarang aku takut.

Saat aku menghadapi diriku dibawa ke titik terendah, itu sama dengan ketika aku terbang ke titik tertinggi," kata Suga.

Di bagian outro, Suga mengatakan bahwa shadow itu ada dalam dirinya sebagai sebuah kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Keduanya tidak bisa saling menghancurkan atau memutuskan.

"Ya, aku adalah kamu, kamu adalah aku, sekarang kamu tahu. Kita adalah satu tubuh, terkadang kita akan berbenturan. (Tapi) kamu tidak pernah bisa menghentikanku, ini yang harus kamu ketahui. Tidak bisa membuatku putus, apa pun yang kamu lakukan," kata Suga.

Hingga akhirnya, cara atau solusi dari keadaan ini adalah menerima/mengakui adanya shadow itu sendiri. Penerimaan atau berdamai dengan shadow adalah hal yang bisa dilakukan agar semuanya lebih mudah/nyaman. "Anda akan merasakan kenyamanan jika mengakuinya (shadow)", kata Suga.

Di bagian akhir, Suga seperti menekankan bahwa semua orang pasti memiliki shadow dan tidak bisa lari darinya. "Berhasil atau gagal, dengan cara apa pun Anda mengalir, Anda tidak bisa melarikan diri, kemana pun Anda pergi. Aku adalah kamu, kamu adalah aku, sekarang kamu tau. Kamu adalah aku, aku adalah kamu, kamu tau? Kita adalah satu tubuh, kita akan berbenturan," kata Suga.

Suga juga seperti mengatakan bahwa perkara Shadow ini adalah hal yang universal, yang terjadi pada semua orang. Shadow yang seperti dia utarakan tadi juga berlaku untuk orang lain, shadow adalah tentang saya dan juga kamu, dengan lirik "kami adalah kamu, kami adalah saya".

Seperti diketahui bahwa album "Map of the Soul" terinspirasi dari struktur kepribadian dari psikolog Carl Gustav Jung. Jung membagi struktur kepribadian manusia menjadi tiga bagian yakni conscious (kesadaran/ego), personal unconsciousness (ketidaksadaran personal) dan collective unconsciousness (ketidaksadaran kolektif).

Ketidaksadaran kolektif berisi ingatan laten tentang hal-hal yang diwariskan dari masa lampau leluhur, dan ketidaksadaran kolektif semua orang relatif sama. Persona, shadow, anima/animus, dan the self merupakan jenis ketidaksadaran kolektif.

Shadow sendiri adalah ketidaksadaran kolektif lain yang berarti sisi gelap yang disembunyikan dari seseorang. Shadow berisi insting primitif dan negatif yang secara religius maupun sosial tidak diapresiasi, misalnya kemarahan, rasa iri dan keserakahan.

Dr. Murray Stein, penulis buku "Jung's Map of the Soul" yang menyampaikan pengetahuan dasar tentang pemikiran Jung mengatakan

bahwa persona memiliki hubungan simetris dengan shadow. Shadow adalah contoh kasus dimana diri ini tidak sadar dan berurusan dengan hal-hal tidak mengenakkan yang diikuti oleh konflik moral dan perilaku egois tanpa mengetahui dirinya sendiri. Tapi shadow ini bukanlah kejahatan.

Dalam sesi wawancara dengan media saat BTS akan menggelar konser stadium di Wembley Juni lalu, RM pun pernah berbicara mengenai Shadow, yang intinya kurang lebih sama dengan apa yang dikatakan Suga dalam "Interlude: Shadow" diatas, yakni penerimaan terhadapnya alias mengakui adanya shadow itu sendiri.

Salah satu pertanyaan yang diajukan kala itu adalah bagaimana mereka bekerja dengan kreatif di tengah jadwal yang gila, karena BTS pernah mengatakan bahwa semua di sekeliling mereka bergerak sangat cepat dan kadang sangat berlebihan.

"Ini adalah pertanyaan yang sangat besar dan sekaligus penting. Ini adalah tentang bagaimana kami akan bertahan dan bagaimana kami menghadapi keberadaan kami sendiri. Saya mengatakan pada tahun 2018, 'Ketika kamu tumbuh dewasa, bayangan (shadow)mu menjadi lebih panjang'. Jika saya bertambah tinggi, bayangan saya menjadi lebih panjang. Saya pikir itu seperti itu," kata RM.

Leader BTS itu melanjutkan, "Banyak reporter bertanya kepada kami bagaimana kami menangani dan mengatasi kesulitan dan semua hal penting lainnya. Saya selalu menjawab bahwa tidak ada yang bisa diatasi. Kami hanya harus berteman dengan bayangan (shadow) kami sendiri."

"Terkadang itu terlalu banyak, terlalu sulit dan terlalu besar untuk kami. Untuk hidup dan bertahan sebagai artis dan sebagai manusia yang mencoba untuk lebih mencintai diri sendiri, kami perlu berteman dengan bayangan (shadow) kami," kata RM.

Begitu juga dengan "Black Swan", yang kembali mengeksplorasi aspek shadow. "Black Swan" secara lebih dalam seperti mengejawantahkan pergulatan shadow dalam batin 7 anggota BTS yakni RM, Jin, Suga, J-Hope, Jimin, V, dan Jungkook.

"Black Swan" terinspirasi dari Martha Graham, penari dan koreografer modern Amerika legendaris. Quote darinya yakni "A dancer dies twice – once when they stop dancing and this first death is the more painful" yang terjemahannya adalah "seorang penari meninggal dua kali - sekali ketika mereka berhenti menari dan kematian pertama ini lebih menyakitkan", yang menjadi pembuka video seni "Black Swan".

Melalui "Black Swan", BTS seperti menunjukkan ego mereka sebagai seniman yang juga harus menghadapi fakta bahwa shadow dalam batin mereka amatlah menyakitkan.

Ego sendiri adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi-persepsi, ingatan, dan pikiran-pikiran sadar. Ego merupakan bagian manusia yang membuat dia sadar terhadap dirinya. Aktivitas kejiwaan yang ada dalam dimensi kesadaran misalnya berpikir (thinking) dan merasakan (feeling).

Dalam liriknya, BTS sebagai seniman yang berkecimpung di bidang musik secara sadar menggambarkan perasaan takut apabila cinta mereka kepada musik hilang, akibat shadow yang begitu intens dalam batin mereka.

Hal ini digambarkan dalam lirik di bagian awal lagu yakni "Jantung tidak lagi berdetak kencang ketika mendengarkan musik diputar. Sepertinya waktu telah berhenti. Oh, itu akan menjadi kematian pertamaku, yang selalu aku takutkan. Jika ini tidak bisa lagi beresonansi, tidak lagi membuat hatiku bergetar, maka seperti inilah mungkin aku mati di kematian pertamaku. Tetapi bagaimana jika saat itu tepat terjadi sekarang? Tidak ada lagu yang mempengaruhiku lagi, berteriak dalam keheningan," demikian lirik yang dibawakan Suga, RM, dan Jimin.

Mengapa BTS bisa merasa takut kehilangan cintanya pada musik? Popularitas yang sangat besar sebanding dengan shadow yang juga sangat besar, sehingga ini mungkin membuat mereka lelah dan kehilangan passion pada musik itu sendiri.

Popularitas yang berlebihan mempunyai efek seperti kesepian, kesendirian, dan ketakutan berada di puncak, sehingga seperti terjadi pertentangan antara ego mereka sebagai seorang seniman yang harus melakukan "thang/thing"nya dengan shadow berupa ketakutan yang siap menelan mereka, yang efek selanjutnya mereka bisa berhenti menyanyi/membuat musik.

Jika dalam "First Love", lagu solo Suga dalam album "Wings" ia mengatakan piano/musik adalah cintanya, maka dalam Black Swan (di lirik awal), cinta itu tergambar redup, berubah menjadi ketakutan, dan bahkan bisa hilang sekarang juga, yang itu akan menjadi kematian pertama yang selalu mereka takutkan sebagai seorang seniman.

Dalam lirik selanjutnya, yang dinyanyikan V, terlihat bahwa mereka ingin melarikan diri dari situasi itu.

"Detak jantung berdetak lambat di telingaku (bump bump bump),

Coba melarikan diri tetapi kembali ke rahang (lompat lompat)," hingga akhirnya sampailah mereka di lautan yang sepi ("laut dimana semua cahaya diam"), sebagai penggambaran kesuksesan tanpa kebahagiaan.

BTS merilis hidden track "sea" pada tahun 2017. Lirik dalam "Black Swan" ini terlihat menghadirkan arti baru. Dalam "sea", BTS menggambarkan kesuksesan sebagai laut dan gurun sebagai kegagalan. Namun dalam "Black Swan", definisi itu seperti terlampaui. Meski laut di permukaan disinari cahaya, namun jika kita berada lebih dalam, bahkan ke dasarnya, cahaya tidak dapat masuk. Suasananya adalah gelap, sepi, dan sunyi, selaras dengan efek dari popularitas mereka yang makin dalam (makin besar).

Mereka memang mendapati kesuksesan yang amat luar biasa sekarang, tetapi itu sebagai sesuatu yang justru gelap dan menimbulkan ketakutan akan hilangnya cinta mereka pada musik itu sendiri, yang sebenarnya adalah passion atau hal yang mereka cintai.

Mereka yang digambarkan terjun semakin dalam terlihat pula dalam lirik selanjutnya, yang dibawakan Jimin, Jin, Jungkook, dan V. "Kakiku yang mengembara, setiap kebisingan dan suara terputus. Tenggelam perlahan-lahan seperti kesurupan. Berjuang, tapi itu semua adalah dasar laut."

Lirik J-Hope juga seperti menggambarkan bahwa mereka terus tenggelam, namun mereka ternyata tidak diam saja, mereka memberontak, yakni "Lebih dalam. Ya aku pikir akan lebih dalam. Aku terus kehilangan fokus. Tidak, lepaskan aku, biarkan kakiku sendiri yang menggendongku."

Lagu ini kian dramatis karena BTS justru meminta realitas yang begitu dingin ini, yang harus dihadapi sebagai seorang seniman ini agar difilmkan, seakan ingin agar semua orang tau tentang apa yang mereka rasakan saat ini.

Dalam perjalanan ke dasar batin ini, yang seperti tenggelam ke dasar lautan, mereka akhirnya justru bisa melihat diri mereka sendiri yang terdalam, terlihat dalam lirik J-Hope, "Saya akan masuk sendiri. Di kedalaman terdalam. Saya melihat diri saya sendiri."

Tidak justru dilahap oleh shadownya, mereka justru menjadi sadar akan peran meraka sebagai musisi dan harus berjuang di jalan mereka. Terlihat dalam lirik Suga, "Perlahan, saya membuka mata. Saya di ruang kerja saya, ini studio saya. Ombak pergi dengan suram. Tapi saya tidak akan pernah diseret lagi. Di dalam, saya melihat diri saya sendiri."

Ya, meskipun paruh pertama lagu ini penuh dengan ketakutan, namun di akhir lagu mereka menyatakan tidak akan membiarkan shadow itu menguasai mereka. Mereka akan melawannya, bahkan digambarkan jika harus dengan teriakan yang ganas.

Ini terlihat dari lirik Jin dan Jungkook, yangmana jantung mereka yang diawal tadi digambarkan berdetak lemah kini sudah berdetak kencang. Mereka sudah sadar akan peran mereka. "Tidak ada yang bisa melahapku. Saya berteriak dengan ganas," demikian liriknya.

Sesuai dengan keterangan Big Hit di awal, ketika 7 anggota BTS menemukan black swan, yang semacam manifestasi shadow dalam diri mereka, hal itu justru membangkitkan mereka pada nilai dan makna sejati musik.

BTS menjadi sadar bahwa menjadi musisi atau orang yang cinta pada musik (dengan menyanyi dan membuat lagu), sebagaimana halnya penari cinta pada menari, adalah peran mereka. Sehingga, betapapun beratnya, mereka akan mempertahankan apa yang menjadi "thang/thing" mereka, karena jika mereka berhenti, maka mereka akan menghadapi kematian pertama, yang justru lebih menyakitkan, seperti quote dari Martha Graham. (Lin)

(wd)