SOLO, solotrust.com- Sejumlah perajin batik di Solo memilih ganti jenis produksi demi bertahan di tengah pandemi Corona. Jika sebelumnya mereka memroduksi batik dalam bentuk baju, kini mereka ganti produksi masker.
Salah satu perajin batik di Solo, Esti Iswandari dari Kampung Baru, Pasar Kliwon, Solo mengakui, dirinya banting stir memroduksi masker sejak April 2020 lalu. Pasalnya, pasaran baju batik sepi setelah pandemi menyerang.
Gaya hidup masyarakat yang mengutamakan kebutuhan kesehatan dibandingkan dengan sandang disambutnya dengan prasangka positif, demi tetap bertahan di tengah pandemi Corona yang sampai saat ini belum berakhir.
"Dalam satu hari produksi masker sekitar 100 hingga 200 biji. Alhamdulillah dengan ganti produksi ini mampu tetap bertahan di tengah pandemi," ujarnya, Jumat (16/10/2020).
Menurut Esti, masker yang diproduksinya menyasar seluruh kalangan masyarakat. Pasalnya, dia memroduksi segala macam jenis masker batik mulai dari harga murah, Rp 7500 per biji hingga Rp 35 ribu per biji untuk jenis masker batik sutra.
Seperti diketahui, masyarakat getol melaksanakan aksi pencegahan penyebaran virus Corona dengan menerapkan protokol kesehatan. Salah satunya dengan selalu mengenakan masker setiap kali keluar rumah. Selain itu, masyarakat juga diimbau selalu mencuci tangan menggunakan sabun, menjaga jarak minimal satu meter dan menghindari kerumunan.
Di sisi lain, perajin batik lain dari Gentan, Wahyu Ismiyati melakukan hal sama demi bertahan di tengah pandemi. Wahyu sengaja tidak memroduksi kemeja dan blus batik seperti biasanya karena produk tersebut mengalami penurunan penjualan drastis selama pandemi. Dirinya memilih untuk memroduksi masker batik berdasarkan pangsa pasar selama pandemi.
"Masker menjadi pilihan terbaik demi tetap bertahan tetap produksi di tengah pandemi Corona saat ini," tukasnya. (awa)
(wd)