Ekonomi & Bisnis

Inflasi Januari 2018 Diperkirakan Tinggi Akibat Gejolak Harga Beras

Ekonomi & Bisnis

23 Januari 2018 09:46 WIB

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat sidak OP Bulog di Pasar Legi Solo Sabtu (20/1/2018) lalu. (solotrust-arum)

SOLO, solotrust.com - Inflasi Kota Solo pada Bulan Januari 2018 diprediksi cukup tinggi, salah satunya akibat terjadinya gejolak harga beras yang terjadi di pertengahan bulan. Di pasar tradisional Solo, harga beras kualitas medium antara Rp10 ribu hingga Rp11 ribu, sedangkan kualitas premium antara Rp12 ribu hingga Rp13 ribu selama beberapa waktu.

Maka dari itu, Wakil Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Solo Muhammad Taufik memperkirakan, inflasi Bulan Januari agak lumayan tinggi karena salah satunya faktor kondisi harga beras di pasaran yang tinggi.



"Prediksi inflasi Bulan Januari saya lihat dulu tapi masih agak lumayan tinggi karena faktor kondisi harga beras ini salah satunya. Januari-Februari masih agak tinggi, kita berharap slowing down mulai Februari ke Maret. Saya masih belum bisa bilang rendah Januari ini," terangnya.

Terkait tingginya harga beras, dirinya mengaku sudah melakukan pengamatan di beberapa wilayah salah satunya Kabupaten Sukoharjo. Menurutnya, tingginya harga itu terkait siklus tahunan akibat faktor musim yang menyebabkan ongkos produksi lebih banyak untuk pengolahan. Terutama beras premium yang sampai empat kali prosesnya, beda dengan beras medium yang hanya satu kali proses.

"Lama pengolahan itu berarti biaya produksi makin mahal. Sebenarnya beras tidak langka atau tidak sulit didapatkan sebab terjadi panen di beberapa tempat," ujarnya.

Untuk itulah, sebagai bagian dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), BI KPw Solo mendukung langkah Bulog melakukan operasi pasar sejak 8 Desember lalu. OP dilakukan terutama di titik-titik pasar distributor menyasar pedagang atau kios.

Sehingga masyarakat mampu menjangkau komoditas beras yang dijual di harga Rp9.350 per kg untuk beras medium dan Rp12 ribuan per kg untuk beras premium. Bahkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama TPID Jateng dan TPID Solo turun langsung ke Pasar Legi untuk sidak OP, Sabtu (20/1/2018).

Pihaknya berharap, harga beras baik medium maupun premium segera menurun. Terlebih di beberapa titik di Solo Raya dan di Pantura mulai panen. Ia memprediksi, puncak panen raya pada Maret - April nanti mampu menstabilkan harga beras.

Sementara itu, mewakili Kepala Perwakilan BI Jateng Hamid Ponco Wibowo, Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Noor Yudanto juga mendukung OP dari Bulog untuk stabilisasi harga beras.

"Jadi supaya pertama, ketersediaan beras harus ada di masyarakat. Kedua, harga standar sehingga ekspektasi harga masyarakat terkendali. Dan ke depan kebijakan ini terus dilanjutkan. Ditambah 2-3 bulan lagi panen raya dan kita harapkan gejolak harga tidak muncul lagi," papar Noor.

Senada dengan Taufik, menurutnya, gejolak harga beras di awal tahun ini terjadi karena siklus tahunan. Produksi menurun berakibat stok berkurang sehingga harga komoditas beras menjadi naik. Terlebih di musim hujan, penggilingan susah untuk melakukan pengeringan dan penjemuran. Jadi, jumlah beras yang digiling berkurang dan kualitasnya juga berkurang.

Terkait inflasi tahun 2018, pihaknya menargetkan di angka 3,5 + 1 persen. Ia mengakui, komoditas beras memang bobotnya terhadap inflasi cukup besar.

"Kita masih ada beberapa hari lagi melihat tren harga. Dengan adanya operasi pasar diharapkan harga bisa turun dan akan semakin stabil," tandasnya.

(arum)

(way)