Serba serbi

5% Nakes Jateng Tak Datang Suntik Vaksin, Ini Alasannya

Kesehatan

20 Januari 2021 20:33 WIB

Ilustrasi (Dok. Istimewa)

SEMARANG, solotrust.com – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) mendata hanya lima persen tenaga kesehatan (Nakes) tidak hadir sesuai jadwal vaksinasi Covid-19. Tak ada yang menolak vaksin, alasannya karena ada permasalahan kesehatan atau sedang menjalani program kehamilan, dan urusan pekerjaan.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan, vaksinasi untuk nakes sudah mencapai 13,2 persen,dari total sekira 30 ribu lebih nakes Jateng yang masuk data vaksinasi nasional tahap I. Data per Selasa (19/01/2021) sudah ada 4.415 orang mendapatkan suntik vaksin.



Sementara itu, mereka yang dijadwalkan mendapat suntik vaksin, namun tidak hadir ada 285 orang. Sedangkan mereka yang ditunda karena alasan penyakit penyerta (komorbid) ada 540 orang nakes.

“Ini kemarin sudah dicek yang tidak hadir mungkin karena ada tugas, (selain itu) kok rumit ya pak datanya cara input-nya, maka hari ini kami rapat untuk buat terobosan itu. Nanti itu akan dijadwalkan ulang,” ungkapnya, seusai Rapat Desain Percepatan Vaksinasi di Ruang Rapat Gedung A Lantai 2 Kantor Gubernur, Rabu (20/01/2021), dilansir dari Portal Resmi Provinsi Jawa Tengah, jatengprov.go.id.

Ganjar Pranowo merinci, di Kota Semarang jadwal vaksinasi yang ditunda dan komorbid, jumlahnya 245 orang. Sementara yang tidak hadir 178 orang. Di Kabupaten Semarang, jadwal vaksinasi ditunda atau komorbid ada 72 orang dan tak hadir enam orang. Di Kota Solo jadwal vaksinasi ditunda dan komorbid ada196 orang, sedangkan tidak hadir ada 98 orang.

Adapun capaian vaksinasi di Kota Semarang mencapai 11,8 persen atau 2.219. Kabupaten Semarang 656 orang atau 16 persen, sedangkan di Kota Solo ada 1.541 atau 15 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo menyebut, mereka yang tidak hadir dalam vaksinasi jumlahnya hanya lima persen. Ia pun menegaskan, ketidakhadiran mereka bukan disebabkan karena menolak divaksin.

“Sekitar lima persen dari semua sasaran. Angka itu kecil. Lima persen itu sesuai pantauan tidak ada yang declare menolak vaksin. Alasannya sedang sakit, ada keperluan yang tidak bisa ditinggalkan, program kehamilan,” jelasnya.

Ia menyebut, mereka yang tidak hadir atau komorbid hanya mengalami penundaan jadwal vaksin. Khusus bagi mereka yang dalam program kehamilan akan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis kehamilan.

Terkait percepatan vaksinasi, Yulianto Prabowo menyebut akan segera dilakukan. Hal itu memungkinkan karena kapasitas dan kemampuan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit mampu melayani vaksinasi dalam jumlah besar.

Pelonggaran mekanisme vaksinasi memungkinkan menggunakan cara manual. Sebelumnya, pada awal vaksinasi, calon penerima vaksin harus mendapatkan notifikasi SMS terlebih dahulu.

“Sekarang manual, kalau dulu harus menerima SMS blast, tapi daftar tetap masuk Excel. Dan tidak boleh keluar dari penerima (yang sudah didaftarkan). Meskipun diperlonggar, namun akuntabilitas lalu keamanan, safety disuntik vaksin kita jamin. Bukannya gegabah,” tandasnya. 

(redaksi)