Solotrust.com - Militer Myanmar mengkonfirmasi telah mengambil alih kendali negara setelah Aung San Suu Kyi dan para pemimpin politik lainnya ditahan pada Senin (01/02/2021) dini hari. Kudeta terjadi setelah meningkatnya ketegangan antara pemerintah sipil dan militer pascapemilu yang berujung sengketa.
Beberapa jam setelah penangkapan, televisi milik militer mengumumkan keadaan darurat telah diberlakukan selama satu tahun.
Myanmar yang juga dikenal sebagai Burma, diperintah oleh militer hingga reformasi demokrasi dimulai pada 2011.
Dalam pemilihan November, pemimpin Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Aung San Suu Kyi memenangkan cukup kursi untuk membentuk pemerintahan. Namun, pihak militer menyebut pemungutan suara itu curang.
Pada Senin, militer Myanmar mengatakan mereka telah menyerahkan kekuasaan kepada panglima tertinggi Min Aung Hlaing.
Saat ini tentara Myanmar berada di sejumlah ruas jalan ibu kota, Naypyitaw, dan kota utama, Yangon.
Pascapengambilalihan negara, koneksi data internet seluler dan beberapa layanan telepon dilaporkan mengalami gangguan di kota-kota besar. Sementara lembaga penyiaran negara MRTV mengatakan sedang mengalami masalah teknis dan tidak mengudara.
Sebelumnya juru bicara NLD, Myo Nyunt, mengatakan Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan para pemimpin lainnya telah ditahan pada Senin dini hari.
"Saya ingin memberitahu orang-orang kami untuk tidak menanggapi dengan gegabah dan saya ingin mereka bertindak sesuai dengan hukum," katanya, seraya menambahkan bahwa dia juga diperkirakan akan ditahan, dikutip dari BBC.
Hal itu cukup beralasan sebab sejumlah tentara juga mendatangi kediaman menteri utama di beberapa daerah dan membawa mereka pergi.
Sementara itu, majelis rendah parlemen yang baru terpilih dijadwalkan bersidang untuk kali pertama pada Senin ini, namun pihak militer telah menyerukan penundaan. (and)
(redaksi)