Pend & Budaya

Anis Ceritakan Drama Kehidupan Hewan Mutan?

Pend & Budaya

8 Februari 2018 10:26 WIB

Seni rupa karya Anis Kurniasih. (solotrust.com/mia)

SOLO, solotrust.com- Anis Kurniasih merupakan seniman pendatang baru di seni rupa bolpoin. Kendati demikian, namanya sudah lumayan dikenal di berbagai pameran hingga ajang kompetisi seni rupa bergengsi di Tanah Air. Pada Selasa (6/2/2018), Anis berkesempatan menggelar pameran tunggal di Balai Soedjatmoko, Surakarta.

Pameran yang akan berlangsung hingga 12 Maret itu bertajuk Fabula. Fabula sendiri dalam bahasa latin berarti menceritakan sesuatu secara naratif. Dalam pamerannya kali ini, Anis mencoba merefleksikan ambiguitas konsep alam dan alami dalam bentuk drama kehidupan hewan mutan dan tumbuhan.



Anis melihat intervensi manusia terhadap alam dirasa sudah sedemikian jauh. Misalkan saja seperti pengomersialkan alam berbasis pariwisata, persilangan genetik, dan masih banyak lagi. Manusia sudah mengubah alam sedemikian rupa sehingga memunculkan pertanyaan masihkah alam versi olahan manusia merupakan bagian dari alam itu sendiri atau justru menjadi sesuatu yang asing.

"Di pameran ini, aku pingin bercerita tapi lewat gambar. Makanya di gambarnya ada fragmen-fragmen kehidupan. Ada yang kelihatan senang bermain dalam satu tempat. Ada juga hewan-hewan yang kelihatan rapuh," ungkapnya saat ditemui di Balai Soedjatmoko belum lama ini.

Lebih detail, Anis lalu menjelaskan makna lukisan berjudul "Taste of Ego" yang dipajang di pamerannya. "Wisata alam sekarang ini kan sudah jadi konsumsi kalo kita lihat di media sosial. Wisata alam itu, hanya pemenuhan ego mereka saja. Aku cuman pingin foto di tempat ini, foto dengan binatang yang bagus. Bukan lagi dijadikan sebagai tempat perenungan seperti apa yang dapat aku pelajari dari alam. Itu sudah tidak ada," jelasnya.

Lulusan Seni Rupa Murni Universitas Sebelas Maret ini pun merepresentasikan alam yang kini menjadi tempat pelampiasan ego manusia itu dalam bentuk kuda zebra terbelit tubuh naga. "Kuda ada loreng-lorengnya itu, kayak ada perubahan budaya. Orang dulu kan kalau melihat alam kan sebagai Manunggaling Rasa. Di agama tertentu, mereka kan mengkultuskan hewan karena mereka melihat satu kesatuan energi alam. Kalau sekarang kan, kita melihat pohon dan hewan seperti kehilangan nilainya," paparnya.

Di antara lukisan bolpoin yang dihasilkan Anis, ada satu karya yang paling dibuatnya. Yakni berjudul The Unseen. "Karena itu benar-benar gambar yang spontan, ngerjainnya tidak di dalam studio. Jadi saya datang di suatu tempat, gambar seharian dan selesai hari itu juga," paparnya.

Anis mengaku memang tidak memerlukan waktu lama untuk mempersiapkan pameran tunggalnya. Kurang lebih hanya sekitar 1 bulan untuk menyiapkan seluruh karyanya tersebut. Tak ada kesulitan yang dialaminya dalam menciptakan gambar yang bergaya surealisme. Dia selalu menemukan cara untuk mendapatkan ide menggambar.

"Biasanya jalan-jalan. Ada bentuk menarik di foto. Lihat di internet ada gambar yang menarik, trus di combine antara ide yang saya lihat di real sama di dunia maya," paparnya.  (mia)

(wd )