Hard News

PM Baru Israel Naftali Bennett Bersumpah Satukan Bangsa, Hamas: Kami Lawan!

Global

14 Juni 2021 12:13 WIB

Naftali Bennett (kanan) mengakhiri masa jabatan panjang Benjamin Netanyahu (Foto: BBC/Reuters)

Solotrust.com - Perdana Menteri baru Israel Naftali Bennett telah bersumpah untuk menyatukan bangsa setelah sempat mengalami empat kali pemilihan dalam dua tahun kebuntuan politik.

Dia mengatakan pemerintahnya akan bekerja demi rakyat. Prioritasnya adalah reformasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan pemotongan birokrasi. Nasionalis sayap kanan akan memimpin koalisi partai yang belum pernah terjadi sebelumnya.



Naftali Bennett menggantikan Benjamin Netanyahu yang dipaksa mundur dari jabatannya setelah 12 tahun. Bennett yang memimpin partai Yamina akan menjadi perdana menteri hingga September 2023 sebagai bagian dari kesepakatan pembagian kekuasaan.

Dia selanjutnya akan menyerahkan kekuasaan kepada Yair Lapid, kepala sentris Yesh Atid, untuk dua tahun lagi.

Netanyahu, perdana menteri terlama Israel akan tetap menjadi kepala partai sayap kanan Likud dan menjadi pemimpin oposisi. Selama debat pada Minggu (13/06/2021) di Knesset (parlemen) di Yerusalem, Netanyahu berjanji dirinya akan kembali.

Setelah anggota parlemen memberikan suara dalam pemerintahan koalisi baru, Netanyahu berjalan ke arah Bennett dan menjabat tangannya. Dalam pidatonya, Bennett, mengatakan ini bukanlah hari berkabung, melainkan ada perubahan pemerintahan dalam demokrasi.

"Kami akan melakukan semua yang kami bisa sehingga tidak ada yang harus merasa takut ... Dan saya katakan kepada mereka yang berniat merayakan malam ini, jangan menari di atas penderitaan orang lain. Kita bukan musuh, kita adalah satu," ujar pria 49 tahun, dikutip dari BBC, Senin (14/06/2021).

Sementara itu, perwakilan dari Palestina langsung bereaksi atas pemerintahan baru Israel.

"Ini urusan internal Israel. Posisi kami selalu jelas, yang kami inginkan adalah Negara Palestina di perbatasan 1967 dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya," kata Juru Bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

"Ini adalah pendudukan dan entitas kolonial yang harus kami lawan dengan paksa untuk mendapatkan kembali hak kami," kata juru bicara Hamas, kelompok Islam yang menguasai Gaza.

Di lain pihak, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan ucapan selamat kepada Bennett. Dirinya berharap bisa memperkuat hubungan bilateral abadi. (and)

(and_)