INGGRIS, solotrust.com - Pertemuan negara-negara G7 di Cornwall, Inggris gagal mencapai kesepakatan untuk menyediakan satu miliar vaksin untuk negara-negara miskin dan berkembang. Hal tersebut menuai kecaman dari mantan Kepala Bantuan PBB, Mark Lowcock.
Ia menggambarkan janji G7 untuk menyediakan satu miliar dosis selama tahun depan sebagai “langkah kecil” dan menilai G7 gagal menunjukkan urgensi yang diperlukan.
“Pemberian amal sporadic, skala kecil, dari negara-negara kaya ke negara-negara miskin ini bukanlah rencana serius dan tidak akan mengakhiri pandemic,” kata Lowcock dikutip dari Reuters.
G7 merupakan negara-negara kaya yang anggotanya terdiri dari Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Jerman, Perancis, Italia dan Kanada. Dalam pertemuan selama akhir pekan lalu, mereka sepakat untuk bekerja dengan sektor swasta, negara-negara industry G20 dan negara-negara lain untuk meningkatkan kontribusi vaksin selama beberapa bulan mendatang.
“Yang dibutuhkan dunia dari G7 adalah rencana untuk memvaksin dunia. Dan yang kita dapatkan adalah rencana untuk emmvaksin sekitar 10% populasi negara berpenghasilan rendah dan menengah, mungkin setahun dari sekarang atau paruh kedua tahun depan,” paparnya.
Dana Moneter Internasional telah mengeluarkan proposal 50 miliar dolar AS (sekitar Rp 711 triliun) pada bulan Mei lalu, untuk mengakhiri pandemic Covid-19 dengan memvaksin setidaknya 40 persen dari populasi di semua negara pada akhir 2021 dan setidaknya 60 persen pada paruh pertama 2022.
Seharusnya G7 bisa melakukan lebih banyak untuk menyediakan peralatan vital yang sangat dibutuhkan negara-negara yang menunggu lebih lama untuk mendapatkan vaksin seperti ventilator oksigen, alat pengujian dan peralatan pelindung.
Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres pada Jumat (11/6) mendesak para pemimpin dunia untuk bertindak lebih cepat.
Ia juga memperingatkan bahwa jika negara-negara berkembang tidak divaksin dengan cepat, virus akan terus bermutasi dan dapat menjadi kebal terhadap inokulasi.
(zend)