Serba serbi

Beda Pola Demam Dengue dan Covid-19, Ini Penjelasan Ahli

Kesehatan

15 Juni 2021 13:46 WIB

Ilustrasi (Foto: setkab.go.idd)

JAKARTA, solotrust.com - Dengue dan Covid-19 harus diwaspadai, pasalnya kedua penyakit ini memiliki salah satu gejala sama, yakni demam. Walau pun gejala demam terjadi di antara kedua penyakit itu, namun polanya berbeda.

Perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Erni Juwita Nelwan, menjelaskan pola demam antara dengue dan Covid-19 berbeda. Pada demam dengue fase demam terjadi akibat diremia. Adapun diremia artinya di dalam darah ada virus yang beredar.



Demam seperti ini sulit diturunkan oleh obat karena penyebab demamnya itu ada terus dalam darah sampai biasanya kurang lebih tiga hari.

''Jika pasien minum obat penurun panas, maka demam akan turun, namun tidak lama kemudian demam akan naik lagi. Jadi demam pada demam berdarah itu sulit diturunkan dengan obat turun panas. Pasien akan banyak berkeringat karena efek samping dari obat turun panas tersebut dia berusaha menurunkan panas, tapi di satu sisi penyebab demamnya ada terus di dalam darah,'' papar Juwita Nelwan pada konferensi pers Asen Dengue Day 2021 secara virtual, dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, kemkes.go.id, Selasa (15/06/2021).

Berbeda dengan demam Covid-19, demam ini bisa disertai dengan gejala respirasi lebih dominan, seperti sesak napas, batuk, susah menelan anosmia (kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau).

''Bedanya dengan Covid-19 adalah pada dengue pola demamnya mendadak dan langsung tinggi,'' ucapnya.

Perlu dipahami pula, sebelum seseorang mengalami demam dengue akan melalui masa inkubasi terlebih dahulu. Jadi penularan dengue tidak terjadi seketika, namun ada masa inkubasinya selama lima hingga sepuluh hari.

Masa inkubasi adalah fase saat virus masuk ke dalam darah, namun belum menimbulkan gejala sampai kemudian jumlah virus cukup banyak dan beredar di dalam darah, kemudian menimbulkan penyakit atau demam.

Erni Juwita Nelwan menambahkan pada pasien demam dengue biasanya mengalami sakit kepala khas, yakni sakit kepala di bagian depan kepala atau di belakang bola mata.

 

Bagi anak-anak, demam dengue biasanya terjadi akut mendadak dan muka mengalami merah khas, namun pada Covid-19 gejala tidak membuat muka merah. Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Mulya Rahma Karyanti, mengatakan yang dominan pada demam dengue adalah demam, kemudian sakit kepala dan batuk pileknya lebih ringan dibanding pada Covid-19.

''Demam dengue di hari ketiga setelah gigitan nyamuk harus menjadi perhatian penting karena secara umum demam dengue itu infeksi terjadi di hari ketiga sampai keenam, itu masuk fase kritis yang bisa rawan di mana bisa meninggal kalau tidak diberikan cairan obat yang cukup,'' katanya.

Pada Covid-19, penyakit yang biasa dikeluhkan berupa demam, itu bisa sampai lima hingga tujuh hari disertai batuk pilek yang lebih dominan dan makin tambah sesak, serta saturasi oksigennya menurun. Itu yang menurut Mulya Rahma Karyanti dianggap berat untuk kasus Covid-19 pada anak.

Lebih lanjut ia menjelaskan, fase demam dengue antara lain dari hari kesatu sampai hari ketiga adalah fase demam, kemudian fase kritis antara hari ketiga hingga keenam, kemudian fase penyembuhan dari fase setelah hari keenam.

''Pada fase demam ini anak demam tinggi dan biasanya menjadi malas minum, sehingga yang harus diperhatikan adalah harus dipantau minumnya jangan sampai anak dehidrasi,'' ucapnya.

Pada fase kritis di antara hari ketiga sampai hari keenam terjadi kebocoran dari pembuluh darah yang bisa menyebabkan syok hipovolemik yang menyebabkan pembuluh darah bocor. Kalau cairan obat yang diberikan kurang, kemungkinan akan menyebabkan kematian. Setelah hari keenam masuk ke fase penyembuhan.

Berbeda pada kasus Covid-19, pada pekan pertama terjadi demam, kemudian menjelang akhir pekan pertama ini antara hari kelima hingga hari ketujuh mulai ada gejala gejala respiratorik seperti sesak, batuk, dan pilek. Di sinilah tanda-tanda biasanya makin berat.

''Pada infeksi dengue biasanya demam terjadi mendadak tinggi, namun setelah hari ketiga pada saat memasuki fase kritis yang harus diperhatikan adalah jangan sampai anak kekurangan cairan obat karena di fase inilah terjadi kebocoran pembuluh darah yang bisa menyebabkan kematian. Sedangkan pada Covid-19 demam bisa tinggi, tapi bisa disertai dengan batuk pilek dan bertambah sesak. Terutama masa kritisnya adalah pada akhir minggu pertama, di sinilah saturasi oksigen bisa menurun,'' beber Mulya Rahma Karyanti.

(and_)